Aksi Solidaritas Muslim Uighur, Ratusan Umat Islam Long March di Palopo
PALOPO, TEKAPE.CO – Aksi solidaritas untuk muslim uighur ikut menggema di Kota Palopo, Jumat 20 Desember 2019.
Aksi damai itu dilakukan dengan longmarch menelusuri Jl Sultan Hasanuddin, Jl. Andi Djemma, Jl KH A Dahlan, Jl Ambe Nona, Jl Opu Tosappaile, dan kembali ke Jl Sultan Hasanuddin Masjid Agung Kota Palopo.
Aksi damai tersebut mengutuk tragedi genosida yang diduga dilakukan pemerintah China terhadap Muslim Uighur yang tak kunjung berhenti.
Orator dalam aksi itu, Nur Adam, menyampaikan sekitar satu juta muslim Uighur yang berada dalam camp-camp penjara yang dibuat oleh pemerintah China sejak tahun 2018.
Dengan dalih bahaya radikal dan sumber teror, China gencar melakukan penangkapan terhadap Muslim Uighur yang memiliki kerabat di 26 negara.
Komite PBB mendapat laporan bahwa hingga satu juta warga Uighur dan kelompok muslim lainnya ditahan di wilayah Xinjiang barat. Disana muslim Uighur menjalani apa yang disebut program redukasi atau pendidikan ulang.
Edwal Roby, ketua gerakan mahasiswa pembebasan, memaparkan bahwa pihak pemerintah China telah membantah persekusi terhadap kaum Muslim Uighur di China, namun terdapat banyak laporan dari Human Right Watch, bahwa suku Uighur dipantau dengan sangat ketat, terutama dalam praktik pelaksanaan ibadah.
Kelompok-kelompok HAM mengatakan orang-orang di camp-camp itu dipaksa belajar bahasa Mandarin, dan diarahkan untuk mengecam, bahkan meninggalkan keyakinan, iman, dan identitas Muslim mereka.
“Hal ini jelas merupakan sebuah pelanggaran terhadap hak dalam beragama kepada Muslim Uighur,” katanya.
Oleh karena itu, sangat diharapkan bagi seluruh elemen kaum Muslimin untuk peduli terhadap kaum Muslim Uighur di China, terutama para pimpinan atau penguasa negeri-negeri kaum Muslim di dunia yang tak boleh diam terhadap kasus Muslim di Uighur.
“Tak cukup hanya mengecam dan mengutuk, melainkan sangat dibutuhkan aksi tuntas untuk membebaskan Muslim Uighur di China,” tandasnya.
Begitupun yang dialami Muslim yang ada di Palestina, Rohingya, Suriah, Afrika, India dan lainnya yang mengalami penindasan dan ketidakadilan serta penjajahan yang dilakukan musuh-musuh Islam.
Sebagai penutup aksi Syamsul Rijal selaku koordinator lapangan membacakan 5 pernyataan sikap:
- Mengutuk keras gerakan genosida yang dilakukan oleh pemerintah China terhadap Muslim Uighur.
- Mengecam keras tindakan para pemimpin di negeri-negeri Muslim khususnya rezim Jokowi yang takut bersikap tegas terhadap pemerintahan China.
- Menyerukan kepada tentara-tentara Muslim untuk segera berangkat menyambut seruan jihad untuk menyelamatkan saudara-saudara Muslim kita yang ditindas oleh rezim pemerintahan China.
- Ikatan nasionalisme telah mengakibatkan kaum Muslimin tersekat-sekat, terus beretorika busuk, hanya sebatas mengecam hingga hari ini Palestina dibantai tanpa solusi yang nyata.
Inilah bukti bahwa ikatan kufur nasionalisme telah menjadi legitimasi pengkhianatan terhadap harkat martabat Muslim Uighur dan Muslim lainnya di belahan dunia ini.
- Menyerukan kepada umat untuk bersama-sama melakukan aksi solidaritas terhadap Muslim Uighur.
Lebih dari itu, Gerakan Mahasiswa Pembebasan menyerukan untuk menegakkan ideologi Islam dengan diterapkannya Syariah dan ditegakkannya institusi Daulah Khilafah.
Karena hanya dalam naungan Khilafah lah kehormatan dan darah kaum Muslimin terjaga, dan umat bersatu, berjuang bersungguh-sungguh melawan kebiadaban musuh Islam tanpa adalagi sekat-sekat kewilayahan. (rilis)
Tinggalkan Balasan