Penuh Perjuangan, Ini Kisah Mahasiswa Asal Papua Raih Gelar Sarjana di Unanda Palopo
PALOPO, TEKAPE.co – Acara wisuda biasanya menjadi moment istimewa bagi wisudawan, utamanya untuk orang tua dan keluarga.
Namun berbeda dengan Yundimiron Penggu, yang biasa disapa Yundi, mahasiswa asal Papua.
Ia terpaksa sendiri dalam momen istimewa sebagai mahasiswa.
Yundi sendirian dalam wisuda sarjana Universitas Andi Djemma (Unanda) Palopo, Rabu, (13/01/2021).
Mahasiswa Jurusan Ilmu administrasi ini berhasil menyelesaikan studi dengan IPK 3,3 dan meraih gelar Sarjana Administrasi Negara (S.AN).
Wisuda yang dilaksanakan di Gedung MCH Kota Palopo itu, Yundi yang yatim piatu itu tanpa didampingi keluarga.
Ayah dari pria kelahiran Klaten, 21 Juli 1997 tersebut sudah meninggal sejak berusia 7 tahun.
“Sedangkan sang ibu meninggal saat saya berusia 3 tahun. Saat ibu saya jatuh sakit saya harus belajar hidup mandiri. Sejak ibu saya meninggal, sang ayahlah yang mengurus semua kebutuhan saya bersama kedua saudaraku,” kenangnya.
Ia menceritakan, dirinya sempat absen sekolah selama 3 bulan, hanya untuk merawat sang ayahnya yang sedang sakit.
“Setelah ayah saya meninggal saya tinggal bersama kakek dan nenek. Merekalah yang merawat dan membantu saya. Saat itu, saya sudah putus asa dapat melanjutkan sekolah di SMK Negeri Nioga, Kabupaten Puncak Jaya,” katanya.
Tapi, kata dia, pihak sekolah tetap memberikan kesempatan untuknya melanjutkan masuk sekolah, karena paham kondisinya.
“Kemudian saya diangkat anak oleh tetangga saya, menjadi anak angkat mereka,” katanya.
Namun, lagi-lagi berita duka menghampirinya, dimana ayah angkatnya meninggal dunia dua tahun setelah kepergian neneknya.
“Saat saya sedang mencari universitas, Ayah angkat saya meninggal. Rasanya sedih sekali ditinggalkan orang-orang tersayang dalam waktu berdekatan,” kenang dia.
Meninggalnya sang ayah angkat tak membuat dirinya berputus asa untuk meneruskan ke jenjang perkuliahan.
Dengan berbekal sisa tabungan dari sisa uang saku, ia nekat mendaftar ke salah satu Universitas perguruan tinggi di Kota Palopo, yaitu Universitas Andi Djema (Unanda) Palopo, Sulsel.
Beruntung, saat diterima di Unanda Palopo, ia mendapatkan biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) golongan 1, sebesar Rp1.100.000 per semester.
“Semenjak saya kuliah di Unanda Palopo, saya sering ikut kuli bangunan dengan teman dari NTT (Kupang) ketika ada waktu kosong. Namun karena tugas kuliah semakin banyak saya memutuskan keluar dari tempat,” katanya.
Selama menjadi mahasiswa, dirinya aktif organisasi, walaupun ada kekurangan, tapi ia berprinsip, dirinya harus ikut berorganisasi.
Sehingga ia masuk salah satu organisasi (PMK) Unanda Palopo. Disitulah jadi banyak teman sahabat organisasi bahkan kegiatan.
“Aktivitas saya pulang kuliah yaitu cari kerja0 kadang potong padi membesihkan lingkungan rumah tetangga, untuk mendapat beras 1 kg untuk makan satu hari,” katanya.
Ia juga kadang ikut menjadi kuli bangunan dengan teman-temannya dari NTT (Kupang) yang berada di Kota Palopo, hingga ia bisa menyelesaikan kuliah.
“Saya kadang iri dengan teman-teman yang bisa menjadi aktivis organisasi, atau sibuk kegiatan kampus, sedangkan saya tidak bisa sepeti mereka. Saya menyadari bahwa hidup ini memang tidak mudah. Diperlukan perjuangan dan kerja keras dan harus bersyukur. Saya percaya setiap orang punya jalan masing-masing. Rintangan apapun jangan dijadikan alasan untuk berputus asa apalagi menyerah karena Tuhan mempunyai rencana yang indah,” ujarnya. (*)
Tinggalkan Balasan