OPINI: Kampus Berlabel Islam, Mahasiswa Tak Harus Muslim
Oleh: Nur Wasilah
(Aktivis Mahasiswi di Palopo)
SEJUMLAH kampus perguruan tinggi Islam di Indonesia belakangan jadi sorotan, setelah aksi terorisme kembali marak terjadi.
Penyebabnya, karena di lingkungan kampus lah seseorang mudah ditanamkan ajaran tentang paham-paham radikal.
Merespon hal tersebut, Universitas Muslim Indonesia (UMI) membuktikan jika kampus bukanlah tempat munculnya bibit radikal. Meski berlabel Islam, Fakultas Teknik Industri UMI justru mau menerima mahasiswa non-muslim.
Terbaru, dua mahasiswa beragama Kristen, Damaris (22) dan Puspa (22) berhasil menyelesaikan studi sarjananya dengan mengambil konsentrasi jurusan Teknik Kimia.
Kedua mahasiswi tersebut tanpa hijab berbaur bersama 192 lulusan sarjana lainnya dan 71 lulusan program profesi insinyur FTI UMI saat ramah tamah.
Dekan FTI UMI, Zakir Sabara menjelaskan alasan pihaknya mau menerima mahasiswa non Muslim. Ia mengatakan akronim kampus UMI tidak berhenti di kata Muslim saja.
“Tapi ada Indonesia, jadi semua yang ada di Indonesia kami terima mau agama apapun itu. Tujuan dibalik penerimaan mahasiswa non muslim di kampus islam adalah untuk menyampaikan bahwa kampus mereka jauh dari kata radikal dan juga kepentingan politik semata,” katanya. (online24jam.com)
Pendidikan di pengaruhi oleh sistem saat ini, karena apabila pendidikan saat ini ada yang bertentangan dengan kemauan penguasa maka akan di hapuskan.
Sebagai mana yang terjadi saat ini kampus berlabel Islam menerima mahasiswa yang tidak menganut agama islam, dengan alasan bahwa kampus Islam tidak menanamkan bibit radikal terhadap mahasiswanya dan jauh dari kata radikal.
Kemusliman mahasiswa di kampus islam tersebut tidak semuanya religius karena mahasiswa di kampus tersebut tidak semuanya memeluk agama Islam dan tidak dituntut untuk mendalami agama Islam itu sendiri.
Kemudian mahasiswa diberi kebebasan untuk menganut kepercayaan nya masing-masing sebagaimana yang di ungkapkan oleh Dekan FTI UMI.
“Kami memberi kebebasan kepada mahasiswa untuk menganut kepercayaannya. Misal Nasrani, kalau ada materi agama yang tidak menyangkut aqidah seperti syahadat, salat, merek ikut,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, saat ini tidak ada dikotomi antara ilmu agama dan sains, sehingga Salah satu penyebab kemunduran peradaban umat, khususnya umat Islam adalah adanya pemisahan (dikotomi) antara ilmu agama dengan ilmu umum.
Padahal jika dikaji secara historis dari sejarah peradaban Islam, ilmuwan-ilmuwan muslim zaman dulu di samping ahli pada bidang ilmu pengetahuan umum, juga ahli ilmu agama.
Di sistem demokrasi saat ini sebagaimana yang diketahui bahwa, kebebasan berpendapat itu dilindungi tidak hanya itu kebebasan berpendapat memiliki hak dalam menyuarakan pendapat sehingga wajar jika saat ini kita banyak melihat kejadian yang tidak sesuai dengan pandangan Islam, karena adanya HAM dalam menyuarakan pendapat baik itu pendapat yang tidak sesuai dengan pandangan islam dengan liberalisasi ini seseorang bebas dalam melakukan apa saja selagi masih dalam batas wajar katanya.
Maka dari itu tidak heran jika kebebasan yang terjadi di FTI UMI dengan melegalkan mahasiswa non-Muslim untuk terdaftar sebagai mahasiswa FTI UMI karena adanya paham kebebasan atau liberalisme dalam akademik muslim Indonesia.
Dalam pandangan Islam, ilmu agama dan umum sama saja berasal dari Allah. Islam juga menganjurkan umatnya bersungguh-sungguh mempelajari setiap ilmu pengetahuan.
“Hal ini dikarenakan Al-quran merupakan sumber dan rujukan utama, ajaran-Nya memuat semua inti ilmu pengetahuan, baik yang menyangkut ilmu umum maupun ilmu agama,” ujar Prof Farid Wajdi.
Karenanya agar tidak terlena dengan berlarutnya kedua pandangan tersebut maka perlu menjadi perhatian serius supaya tidak menimbulkan stigma negatif bagi kelangsungan hidup dan kemajuan peradaban umat.
Sehingga hubungan antara sains dengan agama perlu, karena ilmu pengetahuan tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu pengetahuan pincang.
Semua cabang ilmu pengetahuan bisa menyatu dengan Islam karena Islam sangat lengkap. Semua ada dalam Al-Qur’an. Hanya Islam lah agama yang paling lengkap dan universal.
Tidak ada agama lain seperti agama Islam. Islam mengatur persoalan ilmu pengetahuan, ekonomi dan berbagai persoalan lainnya. Wallahu a’lam bish-shawab. (*)
Tinggalkan Balasan