Hasil Analisis Prof, IYL-Cakka Pasangan Paling Kuasai Sulsel
PALOPO, TEKAPE.co – Berdasarkan analisis tiga pasangan bakal Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulsel, yang digadang-gadang bakal bertarung, disimpulkan pasangan Ichsan Yasin Limpo-Andi Mudzakkar (IYL-Cakka) adalah pasangan yang paling menguasai Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel).
Pasangan IYL-Cakka dinilai menjadi pasangan yang paling menguasai Sulsel dibanding dengan tiga rivalnya di Pilgub Sulsel 2018, yakni paket Nurdin Halid-Aziz Qahhar (NH-Aziz), dan Nurdin Abdullah-Andi Sudirman (NA-AS) atau Prof Andalan.
Analisis itu dilakukan salah seorang akademisi, Prof H Lauddin Marsuni, di hadapan wartawan, di kediamannya, Jl Pong Simping Kota Palopo, Senin 4 Desember 2017.
Prof Lauddin, yang telah 13 tahun menjadi tenaga ahli di DPRD Sulsel ini menyampaikan, dirinya tidak ingin bicara tentang figur. Namun dirinya ingin melihat kriteria ideal untuk memimpin Sulsel itu.
Menurutnya, kriteria yang dibutuhkan untuk memimpin Sulsel adalah orang yang mengetahui dan memahami betul Sulsel. Mulai dari probelum, potensi yang dimiliki Sulsel, hingga solusi yang dibutuhkan.
“Bicara calon gubernur, kita bicara ruang lingkup Provinsi Sulsel. Bukan bicara nasional atau kabupaten/kota,” tegasnya.
Mengapa figur yang cocok memimpin Sulsel adalah yang menguasai medan, Ia mencontohkan, jika seorang sopir, dari Palopo dan ingin ke Makassar, maka perjalanan akan lancar dan lebih cepat tiba jika orang mengemudikan mobil adalah orang yang menguasai betul jalan.
Kalau sopir tidak menguasai jalan, maka bisa jadi akan lambat, karena ia akan turun bertanya untuk mengetahui arah jalan.
“Begitupun dengan Sulsel. Kriteria figur untuk memimpin Sulsel adalah mereka yang menguasai Sulsel. Kita butuh orang yang bisa membawa Sulsel lebih maju. Makanya perlu figur yang mengetahui Sulsel, apa problem, dan potensinya,” ujarnya.
Ia juga menyarankan untuk tidak menjual figur keterwakilan daerah, dan beralih ke kualitas figur untuk dijual.
Soal analisis siapa yang paling menguasai Sulsel, indikatornya adalah siapa yang pernah bekerja dan dalam kesehariannya terlibat langsung di Sulsel.
Prof Lauddin kemudian menganalisis paket NH-Aziz. Menurutnya, NH tidak pernah bekerja dan terlibat langsung di Sulsel. NH hanya eksis di kancah nasional. Keunggulannya, dari sisi bakal calon, NH menjabat Plt Golkar Sulsel, dan jaringannya ke pemerintah pusat kuat.
Sementara Aziz juga demikian. Menurutnya, Aziz selama ini tidak pernah sebagai pejabat di Sulsel, atau terlibat di pemerintahan. Sebab Aziz langsung menjadi anggota DPD.
“Namun Aziz punya jaringan Hidayatullah yang cukup baik,” tandasnya.
Sementara itu, menurut Lauddin, IYL pernah menjadi Anggota DPRD Sulsel. Sehingga dia punya pengetahuan tentang Sulsel.
Juga pernah menjadi bupati Gowa dua periode di Sulsel. Ini tentu punya jaringan kepala daerah. Jaringan kuat antar eksekutif.
“Ia juga kini adalah ketua PMI Sulsel, yang bisa menyusup kemana-mana. Ia juga punya hubungan baik di Golkar,” tandasnya.
Sedangkan Cakka. Menurut Prof Lauddin, Cakka juga punya kelebihan. Cakka pernah di Golkar. Juga punya di PBB. Bupati Luwu dua periode. Sehingga Cakka dinilai relatif mengetahui Sulsel. Cakka juga dinilai punya jaringan eksekutif.
“Cakka juga punya keunggulan pengetahui terhadap Sulsel lebih bagus dibanding Aziz,” tandasnya.
Sedangkan, Nurdin Abdullah (NA). Menurut Prof Lauddin, NA tidak punya jaringan parpol yang kuat. Namun demikian, menjadi kekuatan tersendiri karena bisa terpilih Bupati Bataeng dua periode.
“Saat ini, di bawah kepemimpinannya, Bantaeng dianggap berkembang dan maju di Sulsel. Tapi secara keunggulan, NA lebih kuasai Sulsel ketimbang pasangan NH-Aziz. Namun jika kita lihat, paket IYL-Cakka lebih unggul dari NA, dari segi penguasaan Sulsel,” tandasnya.
Sementara wakilnya, kata dia, Andi Sudirman. Prof Lauddin mengaku tak begitu kenal. Dirinya yang telah 13 tahun di DPRD Sulsel tidak mengenal Andi Sudirman.
Lalu bagaimana dengan analisis keterpilihan? Prof Lauddin memberikan analisisnya. Dari segi geopolitik, Paket NH-Aziz dan IYL-Cakka saling mempengaruhi, sebab masing-masing wakilnya bersaudara dan berasal dari daerah yang sama, Tana Luwu.
Begitu juga dengan paket NH-Aziz dengan NA-AS. NH dan AS sama-sama berasal dari daerah yang sama, yakni Kabupaten Bone.
Terkait pengaruh intervensi istana kepresidenan, Prof Lauddin juga mengungkapkan, jika Jokowi atau pun JK, tidak membawa pengaruh di Sulsel.
Namun, kata Prof Lauddin, geopolitik di Pilgub Sulsel tidak begitu berpengaruh, hanya tingkat kepedulian terhadap orang per orang yang tinggi pengaruhnya.
Sebab menurutnya, pemilih emosional lebih banyak. Mereka akan senang jika pernah bertemu. Mereka akan lebih pilih orang yang pernah ketemu, dibanding dengan yang tidak pernah.
“Saat ini, NH-Aziz kita lihat di pemberitaan rajin jalan dan menyasar petani. Sementara IYL jalan dengan jaringan birokrasi, guru, dan PMI. Sedangkan NA selama ini kita lihat jarang turun menemui langsung masyarakat,” katanya. (del)
Tinggalkan Balasan