Tekape.co

Jendela Informasi Kita

Mahasiswa Prodi MIKOM UNIFA Gelar Webinar, Ajak Perkuat Literasi Hadapi Pemilu 2024

Webinar Mahasiswa Program Studi (Prodi) Magister Ilmu Komunikasi (MIKOM) Universitas Fajar (UNIFA) Makassar, Selasa 27 Desember 2022. (ist)

MAKASSAR, TEKAPE.co – Mahasiswa Program Studi (Prodi) Magister Ilmu Komunikasi (MIKOM) Universitas Fajar (UNIFA) Makassar menggelar webinar, Selasa 27 Desember 2022.

Kegiatan yang digelar kelompok 1 angkatan 2020 mengangkat tema ‘Pemilu 2024: Tantangan Komunikasi Politik di Era Post Truth’ (Kuatkan Logika, Wujudkan Pemilu Berkualitas), sebagai upaya agar masyarakat lebih sadar dan cerdas dalam menghadapi era politik post truth, yang banyak dipraktekkan untuk memanipulasi perasaan calon konstituen.

Post truth atau politik pascakebenaran, yang disebut juga politik pascafakta) adalah budaya politik yang perdebatannya lebih mengutamakan emosi dan keluar dari inti kebijakan.

Webinar yang dibuka Ketua Prodi MIKOM UNIFA Dr Muhammad Asdar S.Sos M.Si ini menghadirkan dosen dan tutor Fakultas Pascasarjana (FPS) Universitas Terbuka Sulbar, Dr Hamka Hakim, M.Si.

Juga empat pembicara dari mahasiswa magister ilmu komunikasi konsentrasi komunikasi politik UNIFA, yakni Hamdan Suharto, Ferdy Helmon, Abd Rauf, dan Suyatno Kahar.

Hamdan, dalam tentang pemaparannya terkait Tantangan Penyelenggara Dalam Mengedukasi Pemilih, mengungkapkan, selama ini penyelenggara telah banyak membuat program agar masyarakat lebih cerdas dalam menentukan pilihan, namun upaya tersebut harus juga didukung semua kalangan dan harus dilakukan terus menerus.

Ferdy Helmon, yang memaparkan tentang Pemuda Melek Politik, Minimalisir Hoax di Media Sosial, mengajak generasi milenial dan gen Z, agar lebih berperan aktif dalam politik.

“Pemuda harus melek politik. Sebab jika tidak, maka akan mudah dimanfaatkan oleh oknum tertentu,” ujarnya.

Kemudian, Abd Rauf, dalam materinya yang membahas tentang Peran Media Massa Dalam Pendidikan Politik, memaparkan bagaimana lembaga pers mempunyai kewajiban dalam memberikan pendidikan politik kepada masyarakat.

Menurut dia, fenomena politik post truth ini harus disikapi bersama. Sebab di setiap pemilu, terkadang sulit membedakan mana informasi yang benar dan mana yang tidak. Karena dibalut dengan sentuhan emosi dan perasaan.

“Suburnya budaya politik post truth itu disebabkan penyebaran informasi yang tidak dapat dibendung. Akibatnya, masyarakat sering tergiring isu sesat dan bahkan menimbulkan kegaduhan serta perpecahan anak bangsa,” jelasnya.

Suyatno Kahar, yang membahas tema Perkuat Literasi Digital, Wujudkan Pemilu Berkualitas, mengajak agar masyarakat meningkatkan literasi, untuk membendung fenomena politik yang ada.

“Post truth adalah era di mana kebohongan dapat menyamar menjadi kebenaran, dengan cara memainkan emosi dan perasaan kita,” jelasnya.

Kondisi ini harus dilawan dengan cara mengampanyekan peningkatan literasi digital. “Dengan literasi yang kuat, kita harapkan masyarakat mampu membedakan informasi yang benar dan yang hanya seolah-olah benar,” tandasnya. (ham)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini