Adrian dan Muh Khalifah Terpilih Pimpin DPD IMM Sulsel, Siap Kawal Kebijakan Publik
MAROS, TEKAPE.co – Kabupaten Maros menjadi saksi lahirnya kepemimpinan baru Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPD IMM) Sulawesi Selatan melalui Musyawarah Daerah (Musyda) XXIII yang digelar pada 14-16 Desember 2024.
Dengan mengusung tema “Menata IMM: Memajukan Sulsel,” agenda ini menjadi momentum penting bagi kader IMM se Sulawesi Selatan untuk memperkokoh ukhuwah, menegaskan peran perjuangan, dan merumuskan langkah strategis organisasi ke depan.
Kehangatan Musyda semakin terasa dengan hadirnya peserta, tamu undangan, serta kader terbaik IMM dari berbagai daerah.
Acara puncak ditandai dengan terpilihnya Adrian sebagai Ketua Umum DPD IMM Sulsel periode 2024-2026, didampingi Muh Khalifah P.H.W sebagai Sekretaris Umum, dan Nurasma Alkhar sebagai bendahara umum.
Kedua figur ini dikenal sebagai sosok yang memiliki rekam jejak kuat dalam kepemimpinan dan gerakan mahasiswa, khususnya gerakan di bidang kebijakan publik dan advokasi sosial.
Adrian, bukanlah nama baru di dunia pergerakan mahasiswa. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Ketua BEM Fakultas Agama Islam (FAI) Unismuh Makassar periode 2017-2018.
Kiprahnya berlanjut ketika menjadi Ketua Umum Pimpinan Cabang IMM Kota Makassar. Di bawah kepemimpinannya, ia berhasil menginisiasi Lembaga Semi Otonom (LSO) IMMovement Institute pada 2019.
Lembaga ini aktif menggelar berbagai diskusi, aksi, dan advokasi yang berkaitan dengan pergerakan mahasiswa serta kebijakan publik.
Saat ini, Adrian juga membina Academia Al Hikmah, sebuah wadah yang memperkuat tradisi intelektual di kalangan mahasiswa.
Muh. Khalifah P.H.W, yang mendampingi Adrian, memiliki rekam jejak yang tak kalah solid.
Sebelumnya, ia menjabat sebagai Ketua Bidang Hikmah PC IMM Kota Makassar saat periode kepemimpinan Adrian.
Peran tersebut menjadikannya figur yang akrab dengan isu-isu kebijakan publik, politik, dan sosial.
Kombinasi kepemimpinan Adrian dan Muh Khalifah, diproyeksikan akan membawa DPD IMM Sulsel ke arah yang lebih responsif dan progresif, terutama dalam merespons dinamika kebijakan publik di Sulawesi Selatan.
Dengan pengalaman keduanya yang berfokus pada gerakan intelektual dan advokasi, IMM Sulsel diharapkan menjadi garda terdepan dalam mengawal isu-isu sosial yang berdampak langsung pada masyarakat.
Momentum Musyda XXIII bukan hanya sekadar pemilihan pemimpin baru, tetapi juga menjadi ajang konsolidasi kader IMM se Sulawesi Selatan untuk menyatukan visi dan langkah dalam menghadapi tantangan zaman.
Dengan semangat menata IMM untuk memajukan Sulsel, kepemimpinan Adrian dan Muh. Khalifah diyakini mampu memperkuat posisi IMM sebagai organisasi mahasiswa yang kritis, solutif, dan berperan aktif dalam pembangunan daerah.
Musyda ini diakhiri dengan ajakan kepada seluruh kader untuk terus bergerak, berdiskusi, dan beraksi demi terwujudnya IMM Sulsel yang lebih maju dan bermakna bagi masyarakat.
“Kita harus mengambil peran dengan kembali ke konsepsi idealitas gerakan untuk mewujudkan cita utama agar gerakan IMM terus sejalan dengan perubahan zaman, kita harus memastikan IMM hadir sebagai suara perubahan dan pengawal kebijakan publik demi keadilan sosial,” ujar Adrian. (Rilis)
Tinggalkan Balasan