Penasaran Dengan Gunung Kawi yang ‘Berlabel’ Pesugihan
Kawasan petilasan, sekaligus makam Eyang Djoego yang terletak di lereng Gunung Kawi, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, diyakini dapat memberi tuah dan bisa mengentaskan pengunjungnya dari jerat kemiskinan.
Menurut Wikipedia, Gunung Kawi adalah gunung berapi yang sudah lama tidak aktif, berada sebelah barat daya di Kabupaten Malang, berbatasan langsung dengan Kabupaten Blitar Jawa Timur, Indonesia.
Tidak ada catatan sejarah mengenai letusan gunung berapi ini. Gunung ini cukup dikenal karena adanya tempat ziarah Pesarean Gunung Kawi.
Di balik itu, Gunung Kawi yang terkenal dengan pesarean atau pemakaman yang dikeramatkan itu, ternyata punya sejarah panjang.
Kanjeng Kyai Zakaria II atau Eyang Djoego dan Raden Mas Imam Soedjono merupakan tokoh bangsawan yang ikut menentang penjajah, di bawah kepemimpinan Pangeran Diponegoro.
Mereka lari ke daerah Jawa bagian timur setelah kalah Perang Jawa.
Dari berbagai literatur yang ada, disebutkan bahwa Eyang Djoego dulunya adalah seorang veteran atau pejuang kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada masa Agresi Militer Belanda I, ia melarikan diri ke Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar.
Konon, sebelum masa kedatangan Eyang Djoego, masyarakat Kesamben banyak yang menderita kolera. Hewan ternak mereka juga tak luput dari serangan penyakit itu.
Uniknya, semenjak Eyang Djoego singgah di Kesamben, warga yang menderita kolera tiba-tiba sembuh. Ternak mereka kembali sehat.
Sejak itulah, sosok Eyang Djogo dianggap bisa mendatangkan tuah atau keberuntungan bagi orang lain. Ia sangat dihormati masyarakat setempat.
Kabar mengenai Eyang Djoego lekas menyebar ke daerah-daerah lain. Padepokan yang didirikan Eyang Djogo di Kesamben sampai tidak memungkinkan lagi menampung murid yang ingin belajar padanya.
Akhirnya, ia memerintahkan seorang muridnya yang bernama RM Iman Soedjono untuk membuka lahan baru di lereng Gunung Kawi.
Sejak pembukaan lahan baru yang difungsikan sebagai padepokan itu, kawasan Gunung Kawi tidak pernah sepi.
Setiap hari, selalu ada orang yang hilir-mudik di sana. Mitos pesugihan Gunung Kawi bermula dari situ.
Selama hidup, kedua tokoh ini banyak membantu menyebarkan Islam, hingga sampai kematiannya, kharismanya tidak pudar.
Terbukti dengan banyaknya peziarah yang datang ke pesarean. Terutama, 1 Muharram atau 1 Suro, banyak peziarah yang datang ke pesarean ini.
Banyak sekali aktifitas ritual dilakukan saat Jumat Legi, karena hari itu dikenal sebagai hari pemakaman Eyang Djoego (Kyai Zakaria II).
Sedangkan tanggal 12 bulan Suro adalah hari diperingati wafatnya Eyang Sujo (Raden Mas Iman Sudjono).
Kyai Zakaria yang dikenal dengan sebutan Eyang Djoego, merupakan kerabat dari Keraton Kertosuro yang menjadi pengawal perjuangan Pangeran Diponegoro melawan penjajahan Belanda, antara tahun 1825-1830.
Disebutkan, Eyang Djoego ini merupakan buyut dari Susuhanan Pakubuwono I (yang memerintah Keraton Kertosuro 1705-1717).
Sementara, RM Imam Soedjono, merupakan buyut dari Sultan Hamengku Buwono I (memerintah Keraton Yogyakarta pada 1755-1892). (*)
Tinggalkan Balasan