OPINI: Perselingkuhan Marak, Sekularisme Biang Kerok?
Oleh: Dewi Balkis Uswatu Hasanah, S.Pd (Ummu Tahrera)
Hasil survei dari aplikasi Just Dating mendapati beberapa negara di Asia yang menjadi negara dengan tingkat perselingkuhan paling banyak. Sebanyak 40% responden Indonesia yang mengaku pernah berselingkuh dari pasangannya masing-masing menjadikan Indonesia menduduki peringkat kedua kasus perselingkuhan setelah Thailand di peringkat pertamadengan 50% responden yang mengaku pernah berselingkuh (Tribunnews.com, Jakarta)
Hal senada sebagaimana di kutip dari media pikiran rakyat.com, Indonesia merupakan negara keempat di dunia yang memiliki kasus perselingkuhan terbanyak,sekitar 277,534,122 populasi tercatat pernah berselingkuh dari pasangannya masing-masing setelahpernikahan. Data ini berdasarkan hasilsurvei tentang perselingkuhan yang dilakukan di Amerika Serikat.
Menurut hasi lsurvei tersebut, setengah dari orang yang sudah menikah berselingkuh setidaknya satu kali selamaper nikahan (pikiranrakyat.com).
Di rangkum oleh media insertlive.com terhadap studi yang dilakukan dalam The Journal of Sex Research, ada beberapa alasan mengapa seseorang selingkuh, diantaranya; selingkuh karena sakithati dengan pasangan, karena jatuh cinta lagi, karena tidak ada komitmen dalam hubungan, karena merasa tidak cukup atau pun selingkuh dikarenakan pelakunya merasa ada kebutuhan.
Alasan-alasan inilah yang menjadi dalih bagi pelaku perselingkuhan sekalipun dirinya telah memiliki pasangansah.
Maraknya perselingkuhan menunjukkan rapuhnya ikatan pernikahan dan bangunan keluarga. Betul ada banyak penyebab, namun tak bisa dipungkiri faktor ketertarikan secara fisik dan mencari kesenangan adalah hal yang dominan. Dan kondisi ini adalah hal yang wajar dalam sistem sekuler kapitalis di mana manfaat dan kesenangan jasmani menjadi tujuan.
Terlebih dengan rendahnya keimanan, selingkuh dianggap sebagai salah satu solusi persoalan. Ditambah maraknya berbagai hal yang semakin mengkondisikan selingkuh sebagaipilihan.
Kebebasan Berekspresi
Sistems ekularisme Kapitalisme berdiri di atas 4 pilar kebebasan dengan salah satu pilarnya yakni kebebasan bertingkahlaku. Sistem ini membentangkan ladang yang sangat lapang untuk perilaku seks bebas yang pada akhirnya menelurkan ‘kebiasaan’ perzinahan ditengah masyarakat. Salah satu muaranya adalah selingkuh. Hal ini menjadi umum terjadi di negara-negara yang mengusung sistem sekuler sebagai asas kehidupan.
Menurut laporan World Population Review, ada beberapa negara dengan perselingkuhan yang sangat umum terjadi di wilayah Eropa. Ini disebabkan karena mereka memperlakukan orang-orang untuk diperbolehkan tidur dengan orang lain di luar pernikahan.
Tentu sangat disayangkan, Indonesia dengan populasi Islam terbanyak di dunia menjadi salah satu negara yang mengusung sistem sekularisme kapitalis sebagai acuan hukum dan bernegara untuk mengatur rakyatnya. Sehingga‘wajar’, jika terjadi banyak kerusakan di Negeri Ibu Pertiwi ini. Salah satunya adalah keretakan bahkan kehancuran rumah tangga akibat ‘budaya’ selingkuh.
Solusi Islam
Atas dasar ini solusi Islam pada kasus perselingkuhan dengan upaya preventif (pencegahan) dan kuratif (penanganan/tindakan) misalnya Islam melarang memandang lawan jenis yang bukan istrinya dengansyahwat, melarang kegiatan berdua-duaan bersama yang bukan mahram, mewajibkan wanita untuk menutup aurat di area umum serta menjaga pandangan dan tidak bersolek, bahkan mengharamkan pacaran, dan meretas segala bentuk media yang dapat memunculkan rangsangan seperti situs pornografi, film, dan buku seperti yang marak untuk mudah di aksesse perti saat ini.
Islam juga mengatur sistem pidana yang menimbulkan efek jera bagi yang melanggar syari’at. Perselingkuhan termasuk dalam kasus perzinahan dimana pelakunya akan dijatuhi hukuman 100 kali cambukan bagi pelaku yang belum menikah (ghayr muhson) dan hukum rajam hingga mati bagi pelaku yang sudah menikah (muhshan).
Tentu hal tersebut di atas tidak kita temui dalam kehidupan yang mendewakan system kehidupan sekularisme yang bahan dasarnya adalah pemisahan aturan publik dar iaturan agama.
Sudah saatnya, umat Islam di seluruh dunia dan Indonesia khususnya, mencampakkan sistem sekularisme kapitalisme yang pada kenyataannya menciptakan kerusakan hampir diseluruh sektor kehidupan dan menerapkan sistem Islam yang berasal dari Sang MahaPencipta Allah.(*)
Tinggalkan Balasan