OPINI: Menjadi Mahasiswa Idola dengan Islam
Oleh: Erni (Mahasiswa UIN RMS Surakarta)
Berbicara tentang iman berarti berbicara tentang ketaatan, sebuah ketaatan dalam syariat, iman merupakan pembenaran hati, diucapkan dengan lisan dan dikerjakan dengan anggota badan, keimanan seseorang bisa dikatakan benar jika mencakup tiga bagian.
Pertama, adalah keyakinan yang kokoh terkait apa-apa yang harus diimani sesuai perintah Allah (aturan agama), kedua, adalah keyakinan dalam hati diucapkan dengan lisan, ketiga adalah pembuktiaan keimanan dengan mengaplikasikan atau mengamalkan Islam secara kaffah (total).
Bagi saya, iman tersebut tidak boleh terpisahkan satu dengan yang lain, sebagaimana yang disebutkan di atas, ketiganya harus sanggup untuk mewarnai dan menjadi motor penggerak kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, jika dikaitkan kedalam ranah perguruan tinggi (universitas) bagaimana bisa iman menjadi penggerak ditengah banyaknya masalah, hambatan, dan problem umat yang terjadi, salah satu permasalahan yang sangat uregent dikalangan mahasiswa yaitu terkait kemajuan tekologi, seperti tidak bisanya mahasiswa mengatur waktu dalam penggunaan gadget, bahkan tidak sedikit yang menjadikan gadget sebagai sumber kebahagian, scroll tik tok sampai berjam-jam, nonton Youtube, bermain Games dan lain sebgaianya dengan durasi waktu yang tidak sebentar, tentu hal itu akan berdampak buruk terhadap mahasiswa itu sendiri.
Kemudian lahirlah kemalasan hakiki sebab terlalu termanjakan oleh gadget, menurut pengamatan saya tidak sedikit mahasiswa yang banyak membuang waktu untuk sesuatu yang kurang bermanfaat, yang semestinya digunakan untuk belajar, namun waktunya begitu banyak terbuang karena keasikan di depan layar gadgetnya dan melakukan aktivitas yang tidak produktif.
Usia muda adalah masa yang sangat ideal untuk belajar, menjadi mahasiswa yang produktif, maka sudah seharusnya pada level perguruan tinggi dituntut untuk melakukan hal yang lebih baik dari masa sebelumnya, karena sebagai mahasiswa yang seharusnya menjadi penggerak ditengah masyarakat dan harus sadar sepenuhnya bahwa mahasiswa adalah generasi penerus bangsa dimasa akan datang.
Oleh karena itu, sangatlah baik apabila diusia muda kita belajar konsisten terhadap goals masa depan serta menata niat dengan keimanan yang kokoh, tentunya berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah, menghadirkan keimanan dalam seluruh aktivitas, tidak memisahkan agama dari kehidupan sebab semua menusia akan dimintai pertanggung jawabnya atas apa yang telah dilakukan selama di dunia di hari kemudian (akhirat).
Dalam kacamata Islam, belajar bukan hanya untuk memusnakan kebodohan yang ada dalam setiap induvidu, tetapi lebih didasari pemahaman bahwa belajar adalah hak dan kewajiban bagi setiap induvidu. Belajar bisa dikatakan sebagai tuntutan agama, keberadaanya menjadi ibadah disisi Allah SWT. Oleh karena itu, ilmu pertama yang harus dipelajari adalah ilmu yang berkaitan dengan hubungan antara hamba dengan pencipta-Nya (ibadah).
Ada beberapa ungkapan kurang lebih seperti ini “untuk apa susah-susah belajar, tidak semua yang kita pelajari bisa digunakan setelah lulus kuliah”. Untuk menanggapi hal itu, pasti akan ditemui jawaban yang berbeda beda, tapi saya yakin dibalik itu semua pasti ada sebuah kenyataan yang sudah pasti kita sepakat, yaitu bahwa semua yang kita pelajari harus bermanfaat baik untuk pribadi kita maupun orang lain.
Kenyataan ini berlandaskan pada keyakinan, bahwa semua aktivitas kita, baik yang kita sengaja atau tidak, baik yang berdampak baik dan buruk, baik besar maupun kecil, semua akan tercatat secara detail oleh-Nya.
Selanjutnya, bagian terpenting mengenai mahasiswa idola, menurut saya menjadi mahasiswa idola jika memenuhi beberapa kreteria yaitu:
Pertama, pintar menanamkan niat dalam segala rutinitasnya, belajar, mengerjakan tugas, berolaraga, masak, silaturahmi, dan lain sebagainya, tidak lupa untuk selalu membedah niat (meluruskan niat).
Saya teringat dengan sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim “semua amalan dinggap sah apabila disertai niat yang benar.” Dari hadis tersebut dapat disimpulkan sejatinya syarat diterimanya amal ibadah tergantung dari niat itu sendiri.
Kedua, pintar memasang target, karena hakikatnya keberhasilan seseorang akan cepat tercapai apabila ia mampu memasang target (Goals) dalam hidupnya.
Ketiga, menjadi yang terbaik, sebagaimana agama Islam selalu mendidik umat Islam untuk menjadi yang terbaik, Al-Qur’an sendiri menyuruh untuk berlomba-lomba dalam kebaikan sebagaimana Allah berfirman:
أُوْلَٰٓئِكَ يُسَٰرِعُونَ فِي ٱلۡخَيۡرَٰتِ وَهُمۡ لَهَا سَٰبِقُونَ
“Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya”. (Qs. Al-Mu’minun: ayat 61).
Ayat ini menjelaskan kebolehan bahkan dianjurkan untuk bersaing sehat untuk mencapai sebuah goals yang leih baik, seorang mukmin harus berusaha sekuat tenaga agar hari esok lebih baik dari hari ini. Keempat, pintar memenfaatkan peluang.
Mahasiswa idola harus mampu memanfaatkan peluang yang ada, sadar bahwa Allah masih memberikan kesempatan kepadanya untuk belajar. Menyadari bahwa tidak semua orang diberi kesempatan untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi.
Karena hal itu, mahasiswa harus pintar memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berbuat lebih banyak dan bermanfaat baik untuk dirinya maupun orang lain.
Kelima, cita-cita yang tinggi. Sebagian besar mahasiswa pasti mempunyai cita-cita, tetapi tidak semua orang mempunyai cita-cita yang tinggi, karena kita sebagai mahasiswa idolah harus mampu membedakan antara cita-cita dan agan-agan.
Islam melarang umat mulim untuk beragan-agan dan hanya berkhayal, tetapi Islam mengajarkan bahwa cita-cita harus diusahakan dan dilaksankan semaksimal munkin. Jika sudah memenuhi kerateria di atas langkah selanjutnya adalah mengamalkan (action) ilmu yang telah diperoleh, sebagai mana disebutkan di atas, tujuan utama dari belajar adalah memberi manfaat baik untuk diri sendiri atau orang lain, ilmu tidak harus setinggi gunung, ilmu tidak sebatas di hafalkan, tapi ilmu adalah sesuatu yang bisa kita sampaikan keorang lain, serta diamalkan.
Belajar bukan hanya tentang pentransferan ilmu, melainkan juga harus diamalkan sesuai dengan kemampuan dan bidang spesialisnya, terakhir adalah menjadi teladan bagi mahasiswa lainya yaitu menjadi mahasiswa idola, mahasiswa idola, dikenal dengan ciri khas yaitu menjaga bicaranya, akhlaknya, dan penampilannya.
Mahasiswa idola tidak pernah menganggap oranglain rendah, remeh dan mengklaim dirinya yang paling benar dan pintar, mahasiswa idolah adalah mereka yang melakukan aktivitas yang dirdhai Allah.
Selain menjadi bintang di kampus, mahasiswa idolapun menjadi bintang para malaikat, karena keharuman akhlaknya tercium oleh para malaikat.
Demikianlah ciri-ciri mahasiswa idola, sesungguhnya di dunia ini tidak ada yang mustahil. Semua mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi mahasiswa idola. Dengan menyadari hal ini, saya termotivasi untuk menjadi salah satu mahasiswayang bisa mengispirasi untuk teman-teman yang lain.
Sebagai penutup tulisan singkat ini, saya mengajukan sebuah definisi tentang iman, menurut saya iman sesorang tidak lepas dari niat dan goals dalam mengamalkan, iman yang benar adalah iman yang mampu membuat seseorang selalu berbuat kebaikan dan mencegah seseorang dari perbuatan yang di laknat oleh Allah. Karena hal itu, Rasulullah bersabda adaa tiga ciri-ciri standar kebenaran untuk mengukur kebenaran iman seseorang “tiga perkara, apabila terdapat diantara kalian, maka kalian akan merasakan manisnya iman: kecintaan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, mencitai seseorang kerena Allah SWT, takut kembali pada kehidupan jahiliyah (kufur) setelah iman”.
Apabila standar keimanan seperti itu maka akan terbentuk keperibadian umat Islam yang berkualitas, sebagai mana telah dicontohkan oleh para salafush shalih.(*)
Tinggalkan Balasan