Tekape.co

Jendela Informasi Kita

Perbedaan GERD dan Maag, Serupa Tapi Tak Sama

Ilustrasi (net)

JAKARTA, TEKAPE.co – Hingga saat ini, tak sedikit masyarakat yang tidak mengetahui perbedaan penyakit GERD dan maag. Dengan kemiripan gejala berupa serangan pada lambung, GERD dan maag kerap dianggap sama. Namun, tak begitu faktanya.

Secara umum, maag merupakan kondisi yang menandakan ada masalah di lambung. Sementara GERD adalah kondisi yang lebih serius. Lebih jauh, GERD atau gastroesophageal reflux disease adalah kondisi ketika asam lambung naik dari perut menuju kerongkongan (refluks asam), yang disebabkan oleh katup yang melemah di bagian bawah kerongkongan.

American College of Gastroenterology menyatakan, GERD adalah refluks asam yang terjadi dua kali atau lebih dalam seminggu. Orang yang memiliki maag pun dapat mengalami GERD, yang bergejala serupa, yakni rasa terbakar di dada dan seperti ada makanan yang tersangkut di tenggorokan.

Adapun gejala GERD lain dapat berupa batuk kering serta kesulitan menelan. Diagnosis kondisi ini dilakukan oleh dokter atau ahli gastroenterologi dengan mengevaluasi frekuensi dan tingkat keparahan gejala.

Di sisi lain, maag merupakan gangguan pada organ lambung yang ditandai dengan rasa nyeri atau terbakar di ulu hati, rasa penuh atau tidak nyaman setelah makan, dan rasa cepat kenyang. Kondisi ini cukup umum dialami kebanyakan orang. Menurut National Institutes of Health, lebih dari 60 juta orang di Amerika Serikat mengalami sakit maag setidaknya sebulan sekali.

Maag terbagi menjadi dua, yaitu dispepsia fungsional dan dispepsia organik (struktural). Dispepsia fungsional adalah sindroma atau sekumpulan gejala nyeri setelah makan yang dirasakan di ulu hati, meski pada pemeriksaan endoskopi tidak ditemukan perubahan struktur atau kerusakan mukosa lambung.

Sedangkan pada dispepsia organik, gejala yang timbul disertai dengan perubahan struktur gaster. Kelainan pada struktur gaster ini terbagi jadi tiga, yakni peptic ulcer disease atau tukak peptik (ulkus gaster atau ulkus duodenum), yaitu kerobekan pada permukaan mukosa lambung, biasanya disebabkan karena penggunaan NSAID, obat-obatan steroid, serta infeksi bakteri H.pylori.

Selanjutnya, common gastritis adalah kondisi di mana lapisan pelindung di lambung mengalami peradangan, biasanya karena gangguan pola makan. Ketiga, adalah carcinoma gaster, yaitu keganasan yang timbul di lambung dan biasanya ditandai dengan penurunan berat badan yang signifikan, tanda anemia, dan adanya massa di perut.

Berdasarkan lokasinya, ulkus peptik atau luka peptik dibedakan lagi menjadi 2, yaitu ulkus gaster dan ulkus duodenum. Adapun ulkus gaster dapat diketahui antara lain dengan rasa nyeri sekitar 1-2 jam setelah makan, nyeri dipicu makanan, sering muntah, atau manifestasi perdarahan, misalnya disertai muntah darah dan BAB hitam. Sementara gejala ulkus duodenum antara lain berupa rasa nyeri yang muncul 2-4 jam setelah makan, rasa nyeri yang mereda setelah makan, juga manifestasi perdarahan, seperti sering disertai BAB hitam dan jarang muntah darah.

Perbedaan GERD dan Maag

Tak hanya pengertian yang berbeda, baik GERD maupun maag pun memiliki perbedaan. Meski sama-sama disebabkan kenaikan asam lambung, tetapi area yang terdampak yang memicu gejala itu berbeda.

Menurut penjelasan dari dr. Johan Hamik, Sp.PD, Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Siloam Hospitals Purwakarta, GERD disebabkan oleh paparan asam lambung yang berulang-ulang ke esofagus atau kerongkongan, yang mengakibatkan erosi pada mukosa esofagus, juga katup esofagus yang melemah sehingga asam lambung yang seharusnya tidak naik ke atas jadi melewati katup esofagus dan akhirnya, mengiritasi dinding esofagus. Sedangkan pada maag, yang teriritasi adalah dinding lambung.

Dari segi gejala, sakit maag ditandai dengan perasaan tak nyaman yang hilang dan timbul di area perut bagian atas. Kondisi lain yang paling sering terjadi juga mencakup perut kembung di bagian atas, perut terasa penuh saat makan meski makanan belum habis, nyeri pada ulu hati, buang angin dan bersendawa, mual, dan muntah.

Adapun gejala GERD cenderung lebih berat, misalnya berupa refluks asam lambung yang ditandai dengan sensasi terbakar di dada yang dapat terjadi lebih dari dua kali seminggu. Sensasi ini bisa menimbulkan berbagai gejala, termasuk regurgitasi atau makanan atau asam lambung naik ke kerongkongan, nyeri di dada, kesulitan menelan, terasa ada ganjalan di kerongkongan, atau dada terasa terbakar setelah makan, yang bisa memburuk pada malam hari.

Tak hanya berkaitan dengan sistem pencernaan, penderita GERD juga bisa akan mengalami batuk kronis, gangguan tidur, radang tenggorokan, serta sesak napas seperti asma. Jika tak segera ditangani, gejala GERD dapat memicu sesak napas atau rasa sakit di sekitar rahang. Karena mirip dengan gejala serangan jantung, penderita dianjurkan segera memeriksakan diri ke dokter.

Dari segi anatomi, GERD terjadi akibat gangguan fungsi suatu otot di kerongkongan yang disebut sfingter esofagus, yakni kondisi saat makanan yang masuk tertahan di dalam lambung. Jika sfingter atau katup ini mengalami iritasi, dapat mengakibatkan cairan pencernaan serta isi perut naik kembali ke kerongkongan.

Sementara, maag berkaitan dengan iritasi pada dinding lambung. Pada dispepsia fungsional, tidak ada kelainan struktur atau tidak ada kerusakan mukosa lambung sehingga sering menyebabkan overlapping dengan GERD.

Pengobatan GERD dan maag juga berbeda. Pada maag, pengobatan disesuaikan dengan penyebab, antara lain antara lain dengan terapi up regulation, atau terapi untuk ulkus peptik menggunakan metode down regulation. Terapi eradiksi dengan antibiotik diberikan apabila ditemukan infeksi H. pylori pada lambung. Selain itu, jika disebabkan obat-obatan seperti anti inflamasi atau non-steroid, maka konsumsi harus segera dihentikan.

Pada GERD, pengobatan difokuskan guna meningkatkan fungsi sfingter esofagus atau katup bagian bawah kerongkongan. Misalnya, dengan terapi menggunakan penghambat pompa proton (PPI) selama 8 minggu untuk mengurangi produksi asam lambung, pemakaian antasida untuk memperkuat tekanan katup bagian kerongkongan bawah, obat-obatan prokinetik, operasi (fundoplikasi dan LINX).

Berikutnya yang tak kalah penting, perubahan gaya hidup seperti berhenti merokok, berhenti konsumsi alkohol dan kopi, menjaga berat badan, hingga tidak makan sebelum tidur, serta tidur dengan bagian kepala sedikit ditinggikan.

Pencegahan GERD dan Maag

Satu cara paling mudah menghindari GERD dan maag, adalah gaya hidup sehat. Selain konsisten menjalankan gaya hidup sehat termasuk menjauhi rokok dan alkohol, Anda juga bisa melakukan beberapa hal sederhana, dimulai dengan menetapkan jam makan dan tak terlambat.

Hindari juga makan dalam porsi besar sekaligus. Tidak perlu makan terburu-buru, juga jangan biasakan berbaring setelah makan. Jaga berat badan tetap stabil, dan hindari makanan yang bisa mengiritasi perut, seperti makanan berlemak, pedas, asam, atau obat anti inflamasi non steroid (OAINS) seperti aspirin dan ibuprofen.

Apabila Anda merasakan gejala GERD maupun maag seperti di atas, jangan tunggu untuk memeriksakan diri dan berkonsultasi dengan dokter. Di Siloam Hospitals, Anda dapat melakukan pemeriksanaan kesehatan saluran pencernaan secara menyeluruh. Info lebih lanjut bisa diperoleh melalui aplikasi MySiloam atau di tautan ini. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini