OPINI: Run, Street Photography, dan Gig Economy
Oleh: Busri, S.AP.
*Mahasiswa Program Magister Administrasi Publik Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar
DALAM beberapa tahun terakhir, olahraga lari telah bertransformasi dari sekadar aktivitas fisik menjadi bagian penting dari gaya hidup modern.
Kini, lari tidak hanya dipandang sebagai olahraga, tetapi juga sebagai alat ekspresi diri yang kuat. Banyak pelari yang berperan sebagai influencer, membagikan perjalanan mereka dan menarik perhatian berbagai merek untuk berkolaborasi.
Hal ini menjadikan sepatu dan pakaian lari bukan hanya alat, melainkan simbol dari gaya hidup yang dinamis dan modern.
Namun, di tengah semua tren ini, kita perlu memikirkan kembali makna sejati dari lari. Lari seharusnya lebih dari sekedar cara untuk mendapatkan popularitas di media sosial; ia adalah tentang kebebasan dan pengujian batas diri.
Patut diakui fomo, hype, dan tren viral paling disukai tahun 2024 ini ialah olahraga lari, berikut event lari.
Event lari telah berkembang pesat menjadi salah satu kegiatan paling digemari di berbagai kota besar di Indonesia. Dengan tajuk maraton, fun run, charity run, hingga virtual run.
Event ini menarik minat beragam kalangan, mulai dari atlet profesional hingga masyarakat umum yang sekadar ingin berolahraga atau merasakan atmosfer kebersamaan.
Tren ini tidak hanya membawa dampak positif bagi kesehatan fisik dan mental masyarakat, tetapi juga menghidupkan sektor ekonomi kreatif, khususnya pada gig economy dan street photography.
Kombinasi Event lari, minat pada fotografi jalanan, serta pertumbuhan ekonomi gig, menjadi simbiosis menarik yang saling memperkuat dan meramaikan kota-kota besar.
Ketika ribuan peserta memadati jalan raya untuk berlari, tak hanya pelari yang merasakan sensasi adrenalin. Fotografer jalanan dan pekerja di sektor gig economy—dari fotografer lepas hingga penjual minuman atau merchandise— juga ikut mendapat manfaat.
Kehadiran event-event ini secara langsung menciptakan peluang pekerjaan baru. Melalui acara lari yang digelar secara rutin, para fotografer, terutama street photographer, memanfaatkan kesempatan ini untuk mengabadikan momen-momen unik dan candid dari peserta.
Dalam sebuah Event lari, ekspresi semangat, rasa capek, atau keceriaan setiap peserta menjadi sasaran menarik bagi fotografer yang ingin mengabadikan emosi murni tanpa rekayasa.
Di sinilah street photography mengambil peran sentral. Street photography merupakan bentuk seni fotografi yang menangkap kehidupan sehari-hari di ruang publik secara spontan.
Dalam konteks Event lari, genre ini menawarkan potret yang unik dan jujur. Ekspresi wajah yang beragam, pemandangan kota yang berubah menjadi arena lari, serta interaksi peserta dengan lingkungan sekitar menjadikan Event lari sebagai “kanvas” yang kaya untuk dijelajahi.
Hasilnya adalah foto-foto yang bukan hanya menarik secara visual, tetapi juga merekam cerita dan emosi yang hidup, dan dapat diakses dan dibeli oleh pengguna menggunakan aplikasi, seperti Fotoyu.
Tidak hanya fotografer profesional, banyak fotografer amatir dan bahkan penonton ikut berburu momen menggunakan kamera ponsel.
Di era media sosial saat ini, hasil foto yang autentik dan emosional dari Event lari bisa menjadi konten yang viral. Foto-foto ini juga berperan penting dalam mempromosikan Event tersebut secara tidak langsung.
Ketika foto-foto tersebut diunggah dan dibagikan di media sosial, Event lari dan kota yang menjadi tuan rumahnya mendapatkan eksposur yang lebih luas.
Dari perspektif pemasaran, ini adalah keuntungan tersendiri bagi penyelenggara Event yang ingin menarik lebih banyak peserta di Event selanjutnya.
Di sisi lain, fenomena ini turut menggerakkan roda gig economy. Para pekerja lepas atau freelance, yang sering disebut sebagai “gig worker,” memiliki peluang baru untuk memanfaatkan event lari ini.
Selain fotografer, banyak pekerja lepas lain yang ikut meramaikan Event, seperti pengelola booth minuman, tenaga kebersihan, hingga penjual merchandise.
Mereka umumnya adalah bagian dari ekonomi gig, di mana pekerjaan dilakukan berdasarkan proyek atau Event tertentu tanpa ikatan jangka panjang.
Mereka mendapat pemasukan langsung dari partisipasi mereka dalam Event-Event ini, yang bisa jadi merupakan sumber pendapatan tambahan atau bahkan utama bagi mereka.
Meningkatnya jumlah Event lari di kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya atau Makassar juga mendorong banyak pihak untuk berinovasi dalam mengemas acara.
Event-Event ini sering kali mengadopsi tema tertentu yang menarik perhatian masyarakat. Misalnya, ada yang mengusung konsep olahraga sambil beramal ( charity run ), atau konsep ramah lingkungan di mana peserta didorong untuk mengurangi penggunaan plastic, hingga peringatan dies natalis lembaga atau organisasi tertentu.
Hal ini tentunya menciptakan pengalaman unik yang berbeda pada setiap Event, sehingga menarik lebih banyak peserta dan pekerja di sektor gig economy untuk terlibat.
Namun, maraknya fenomena gig economy dan street photography dalam Event lari juga menimbulkan beberapa tantangan.
Pekerja lepas sering kali tidak memiliki jaminan kerja yang memadai, seperti asuransi atau tunjangan kesehatan.
Penghasilan mereka sangat bergantung pada ketersediaan Event dan jumlah partisipan. Saat jumlah Event menurun, pendapatan mereka pun terpengaruh.
Selain itu, persaingan antar-gig worker juga semakin ketat, mengingat banyaknya pekerja yang tertarik pada peluang ini. Dari segi fotografi, kehadiran banyak fotografer di satu Event lari kadang menciptakan kepadatan dan mengurangi kenyamanan peserta.
Untuk fotografer jalanan, tantangan etika muncul ketika potret candid yang diambil tanpa izin dipublikasikan di media sosial, yang bisa saja menimbulkan perdebatan tentang hak privasi individu.
Meski demikian, Event lari, street photography, dan gig economy tetap saling mendukung. Dengan adanya Event lari, fotografi jalanan memiliki ruang ekspresi dan gig worker memiliki peluang kerja.
Penyedia Event bisa mengambil peran lebih besar dengan memperhatikan hak-hak gig worker, misalnya melalui penambahan asuransi kesehatan bagi pekerja lepas yang terlibat di setiap acara.
Selain itu, bagi street photographer, Event lari juga menjadi panggung untuk memperluas karya dan mengembangkan portofolio.
Pengalaman bekerja di Event-Event besar dapat membantu meningkatkan keterampilan mereka dalam mengabadikan momen dan mengasah kreativitas.
Seiring berkembangnya tren street photography di kalangan milenial dan generasi Z, Event lari menjadi tempat ideal untuk membangun pengalaman dan jejaring dalam dunia fotografi.
Dalam perspektif yang lebih luas, gig economy yang berkembang dari Event lari dan fotografi jalanan mencerminkan fleksibilitas pasar kerja modern.
Ekonomi gig menawarkan alternatif pekerjaan yang memungkinkan seseorang untuk bekerja tanpa ikatan waktu atau tempat, namun tetap produktif dan menghasilkan. Dengan memanfaatkan momentum dari Event lari, pekerja lepas dapat meraih penghasilan sekaligus mengasah keterampilan mereka dalam lingkungan yang dinamis.
Catatan Penutup
Pada akhirnya, event lari bukan sekadar olahraga bersama, tetapi juga katalisator yang mendorong aktivitas kreatif dan ekonomi di lingkungan perkotaan.
Fotografi jalanan memperkaya dokumentasi visual Event, sementara gig economy membuka pintu bagi lebih banyak pekerja untuk terlibat.
Di era digital ini, interaksi antara ketiganya memperlihatkan potensi besar untuk mendorong kreativitas, inovasi, dan kolaborasi di tengah masyarakat urban.
Maka, Event lari bukan hanya perayaan olahraga, tetapi juga ruang bagi ekonomi kreatif dan kerja lepas untuk terus tumbuh dan beradaptasi.
Lebih dari itu, lari juga merupakan investasi penting untuk kesehatan jangka panjang.
Aktivitas ini membantu menjaga kesehatan jantung, memperkuat otot, dan meningkatkan stamina, yang semuanya sangat penting untuk menikmati hidup dengan lebih baik hingga usia senja.
Oleh karena itu, saat dunia dipenuhi dengan tren baru yang cepat berlalu, mari kita kembali fokus pada inti aktivitas ini: menjaga kesehatan dan kebugaran. Dengan langkah yang konsisten dan tujuan jangka panjang dalam pikiran, kita dapat menikmati setiap momen dalam perjalanan ini.
Lari bukan hanya tentang mengikuti tren; ia adalah perayaan kehidupan yang lebih sehat dan bahagia. (*)
Tinggalkan Balasan