Tambang Untuk Kemakmuran, Komitmen PT Vale Bangun Kemandirian Ekonomi
FASE pasca tambang menjadi momok tersendiri bagi masyarakat yang ada di lingkar tambang. Bukan hanya dampak lingkungan, namun juga berdampak besar terhadap leletnya perputaran roda ekonomi di sekitar tambang saat perusahaan berhenti beroperasi, atau saat memasuki masa pasca tambang.
Laporan: Abd Rauf
Menyadari hal itu, PT Vale Indonesia Tbk, telah mempersiapkan jauh hari sebelum itu. Perusahaan tambang yang memproduksi nickel matte 75.000 ton pertahun itu sadar, jika membangun masyarakat membutuhkan waktu yang lama, sehingga jauh hari sebelumnya harus mempersiapkan masyarakat sekitar tambang, agar kemandirian ekonomi dapat terwujud.
Saat ini, perusahaan tambang pemasok 5 persen kebutuhan nikel dunia itu telah menyusun strategi untuk meminimalisir dampak tambang dan pasca tambang.
Lewat program keberlanjutan, PT Vale Indonesia telah melakukan berbagai upaya agar kekhawatiran masyarakat dapat diminimalisir.
Pilar strategis PT Vale yang menyertakan keberlanjutan sebagai bagian tak terpisahkan dari bisnisnya, berupaya untuk membangun ekonomi, sosial, dan lingkungan, serta memitigasi dampak operasi.
“Kami senantiasa berupaya membangun hubungan yang kuat dengan para pemangku kepentingan, berinvestasi dalam mengurangi dampak kegiatan kami, bekerja dengan standar etika yang tinggi, mengedepankan manajemen yang transparan dan secara aktif berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati, serta pembangunan berkelanjutan,” ujar Presiden Direktur/CEO PT Vale Indonesia Tbk. Febriany Eddy, dalam banyak kesempatan.
Vale yakin, tambang tak selamanya merusak. Ada banyak cara agar dampak negatif tambang dapat diminimalisir, dengan cara yang terencana dan komitmen yang tinggi.
Pemberdayaan Masyarakat dan Core Value Keberlanjutan PT Vale
Sebelum PT Vale Indonesia, dulu PT Inco, era 1960-an, Sorowako, hanyalah sebuah desa kecil terpencil dengan hutan belantara.
Namun demikian, Sorowako, yang masih dalam wilayah Kerajaan Luwu, adat budaya sejak dulu telah berkembang. Pemangku adat diwilayah itu disebut Mokole Wawainia Rahampu’u Matano. Kemokolean Wawainia Rahampu’u Matano ini dihuni 8 sub anak suku.
Desa terpencil itu kemudian berubah drastis setelah kehadiran PT Inco, serkarang PT Vale Indonesia, yang mendapat Kontrak Karya dari Pemerintah RI pada Juli 1968 untuk menambang dan mengolah bijih nikel menjadi nickel matte.
Kehadiran perusahaan tambang sejak awal beroperasi, tidak pernah mengekspor bijih nikel mentah itu, menjadi magnet tersendiri untuk datang ke Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan.
Kini, Sorowako telah dihuni beragam etnis di nusantara, baik yang datang sebagai tenaga kerja di Vale, maupun dalam kegiatan ekonomi lain.
PT Vale juga telah membangun beragam fasilitas dan melakukan pemberdayaan masyarakat di tiga daerah di sekitar wilayah operasi, yakni Sorowako, Towuti, dan Malili.
Tinggalkan Balasan