Peringati May Day, PMII Palopo Adakan Diskusi Online
PALOPO, TEKAPE.co – Dalam memperingati hari May Day (Buruh) yang jatuh pada 1 Mei 2020, Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Palopo gelar bincang online.
Kegiatan diskusi online ini, sebagai refleksi kritis dalam menelaah sejarah perjuangan buruh.
Diskusi ini diampuh oleh dua narasumber, yakni Nur Sayyid Santoso Kristeva (penulis buku Manifesto Wacana Kiri) dan Lini Zurlia (selaku aktivis feminisme dan civil society).
Namun demikian, hanya Lini Zurlia yang turut hadir dalam bincang online tersebut, disebabkan Nur Sayyid Santoso Kristeva sedang berhalangan.
Lini Zumarli menjelaskan potret buruh dalam perspektif perempuan dan sejauh mana kontribusinya dapat menyejahterakan antar kelas.
“Sekarang ini, kita harus membangun solidaritas kolektif buat menciptakan tatanan kehidupan yang berkeadilan dan bisa dicicipi oleh seluruh warga negara,” sahutnya.
Aktivis Feminisme dan Civil Society ini, juga menjelaskan, walaupun perjuangan untuk membangun solidaritas kolektif tidak mudah, tetapi ini penting dibangun secara komitmen bersama.
“Meskipun politik perjuangan ini tidak mudah, akan tetapi ini penting dibangun secara komitmen bersama. Bukan hanya dibatasi antar gender, politik identitas, kepentingan oligarki ekonomi dan sebagainya. Untuk itu, mari bersama berjuang di medan yang krusial ini, supaya buruh dan seluruh kelas tidak lagi didominasi oleh kekuasaan elektoral saja”, sambungnya.
Lini Zumarli juga menegaskan bahwa komitmen yang membentuk solidaritas kolektif. Perjuangan itu bukan hanya representatif segolongan, tapi semua dapat bergerak bersama sebagai parameter keberhasilan tatanan hidup warga negara
Ketua Cabang PMII Kota Palopo, Muhammad Satrio Natsir, juga turut memberikan pernyataan bahwa, kepentingan oligarki ekonomi dan elite politik, seharusnya dapat mengakumulasikan setiap aspirasi warga negara.
“Dan harus ditindak lanjuti sesuai dengan kemanfaatannya bagi rakyat, khususnya kesejahteraan buruh”, pungkasnya.
Walaupun bincang online kali ini, saling sharing dan melempar pertanyaan. Tetapi dapat diinjeksikan bahwa suara perjuangan harus digelorakan, kadang-kadang intimidasi ditemui, namun itu harus jadi benteng kita dalam merawat semangat perjuangan.
Peserta audiens kurang lebih 30 orang yang turut bergabung, dan saling memberi pencerahan maupun menabur warna baru tentang may day. (bolang)
Tinggalkan Balasan