Tiap Hari Lewati Jalan Setapak 20 Km, Bidan di Luwu Timur 7 Bulan tak Digaji
MALILI, TEKAPE.co – Bidan Pustu di Desa Lauwo, Kecamatan Burau, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Rosalina AMd.Keb, sudah tujuh bulan tak dibayar upahnya.
Padahal, perjuangan setiap hari dalam bertugas, Rosalina harus menempuh jarak perjalanan sepanjang 20 km. Melewati Jalan setapak. Jembatan gantung.
Rosalina tinggal di Desa Bone Pute, Kecamatan Burau. Setiap hari, ia harus melintasi 7 desa dan melalui Kabupaten tetangga (Luwu Utara), yang jaraknya sekitar 20-an km, dengan akses yang ekstrim dan jembatan gantung untuk tiba di Pustu Lauwo Mess, Desa Lauwo Kecamatan Burau.
Pihak Puskesmas beralasan, gaji Rosalina tidak diberikan selama 7 bulan karena belum menandatangani SPK.
Karena tak diberi gaji, Rosalina, terpaksa harus mengeluarkan uang pribadinya untuk memberikan pelayanan medis di Dusun terpencil di ujung Luwu Timur itu.
“Sejak Januari saya tidak dikasi gaji. Saya kerja terpaksa pakai uang sendiri untuk pergi dan pulang kerja di Pustu,” ungkapnya.
Rosalina telah mengabdikan diri sebagai tenaga sukarela sejak tahun 2011 lalu. Namun baru diangkat sebagai Tenaga Upah Jasa pada Maret 2018 lalu.
SK Upah Jasanya untuk tahun 2019 masih diperpanjang, namun nahasnya, gajinya tidak berikan.
Soal SPK, menurut Rosalina, dirinya telah berupaya mencari informasi kapan waktu penandatanganan SPK.
Kerap pula Rosalina bertanya ke pihak yang menangani Tenaga Upah Jasa dan Kepala Puskes, namun lagi-lagi jawaban tidak tahu yang kerap pula diterimanya.
Daftar hadir juga telah diajukan ke Kapus untuk ditandatangani, namun lagi-lagi ditolak oleh Kapus dengan alasan Rosalina malas kerja.
Sementara buku daftar hadir tersebut berada di rumah Kepala Dusun, dimana Rosalina saat datang dan pulang harus mengisi daftar hadir di rumah Kadus.
“Bagaimana mau ka tandatangan SPK kalau setiap saya bertanya kapan waktunya, selalunya tidak tahu, tiba-tiba saya dengar sudah mi teman-teman tandatangan. Saya juga ajukan daftar hadir ku selalu ditolak, dengan alasan saya malas. Sementara daftar hadir ku itu di rumah pak Kadus, setiap saya isi daftar pasti ada orang yang lihat, termasuk istrinya pak kadus,” tuturnya.
Rosalina awalnya mendapat bantuan motor Dinas, namun motor tersebut diambil sehingga ia harus membeli motor dengan cara kredit demi melangsungkan tugasnya sebagai Bidan di Dusun terpencil.
“Ada motor Dinas dulu diberikan, tapi diambil kembali. Terpaksa saya kasi keluar motor karena tidak ada ku pakai,” kata Rosalina.
Terpisah, Kepala Puskesmas Burau, Nurhapiah Hafid, S.Kep.Ns, saat dikonfirmasi wartawan, membenarkan hal tersebut. Menurutnya, gaji Rosalina tidak diberikan selama 7 bulan karena tidak menandatangani SPK.
“Siapa mau kasi gaji kalau tidak tandatangan SPK, biar ada SKnya kalau begitu,” ucapnya, melalui via handpone sembari pamit. (*)
Tinggalkan Balasan