Refleksi 1 Tahun Banjir Bandang Lutra, Wilayah Hulu DAS Perlu Perhatian Serius
MASAMBA, TEKAPE.co – Hari ini, Selasa 13 Juli 2021, tepat satu tahun peristiwa banjir bandang di Kabupaten Luwu Utara (Lutra).
Peristiwa dahsyat yang memporak-porandakan ribuan rumah dan puluhan nyawa melayang, hingga kini masih menyisakan misteri penyebab utama banjir bandang itu.
Sementara penanganan pasca bencana, juga masih tertumpuk sejumlah pekerjaan rumah (PR) bagi pemerintah. Mulai dari penanganan korban, hingga penanganan wilayah hulu sungai.
Dewan Kehutanan Nasional Kota Palopo, Dr Abd Rahman Nur SH MH, dalam keterangan tertulisnya, Selasa pagi, 13 Juli 2021, mengatakan, pemerintah harus memperhatikan perlindungan wilayah-wilayah yang dianggap rawan bencana, termasuk rehabilitasi daerah aliran sungai dengan melibatakan para pihak.
“Kalau selama ini Pemda masih berfokus pada penanganan wilayah-wilayah terdampak sebagai akibat, maka saat ini pemda harus juga memberi perhatian serius terhadap wilayah hulu daerah alisan sungai (DAS),” sarannya.
Akademisi Unanda Palopo ini mengatakan, perhatian terhadap DAS ini perlu juga mendapat perhatian serius, agar peristiwa ini tidak berulang.
Maman, sapaan akrab Abd Rahman Nur, juga menanggapi, soal peringatan 1 tahun banjir bandang Lutra oleh Pemda, yang menggelegar doa bersama.
“Bermohon kepada Sang Pencipta alam semesta adalah sesuatu yang wajib dilakukan oleh semua ummat manusia, agar kita terbebas dari musibah, tapi Tuhan telah menciptakan manusia dan seluruh isi alam ini, agar hidupnya bisa harmonis, bagaimana kita harus bisa menjaga keseimbangan alam,” ujarnya.
Kalau bicara alam semesta atau yang lebih dalam lagi soal ekologi, lanjut Maman, maka itu bicara bukan hanya tempat kehidupan, akan tetapi jaringan kehidupan.
“Kalau jaringan kehidupan ini terganggu, maka akan mempengaruhi yang lain,” tandas Maman.
Maman juga mengungkapkan, bencana alam harus juga bisa dipilah. Ada yang karena memang proses alam atau siklusnya, tapi ada juga karena perbuatan manusia itu sendiri, yang disebut bencana ekologis, misalnya karena terjadi deforestasi atau jumlah tutup hutan berkurang, maka ini bisa menjadi penyebab banjir dan tanah longsor, sehingga masyarakat dan pemerintah harus bisa memahami atau menemukenali setiap peristiwa yang terjadi, termasuk banjir bandang Luwu Utara yang terjadi tahun lalu.
“Hal ini dibutuhkan kajian secara holistik dan terintegrasi oleh semua sektor, agar ini bisa kita tangani sama-sama. Kita harus menyelesaikan sebabnya, bukan hanya akibatnya,” tegas Maman.
Untuk diketahui, memperingati setahun banjir bandang Lutra, Pemkab Lutra menggelar doa bersama di masjid kantor Bupati Lutra, dan penanaman pohon di pinggir sungai Baebunta. (*)
Tinggalkan Balasan