OPINI: Stimulus Literasi Untuk Generasi
Oleh : Rafika
Ketua Umum Komisariat PMII IAIN Palopo
Bagi sejumlah kalangan mahasiswa, pengertian tentang dunia literasi dan isinya, merupakan sesuatu yang mungkin tidak asing lagi. Kebiasaan dalam mengerjakan tugas (baca-tulis), telah menjadi kebiasaan dan aktifitas yang selalu dilakoni.
Akan tetapi, melihat realitas hari ini, tidak dapat kita pungkiri hanya sekian persen kalangan mahasiswa yang dapat bertahan, dan bahkan sampai pada tahap implementasi yang maksimal.
Bahkan, masih terdapat beberapa mahasiswa yang tidak mampu membedakan makna dan pengertian antara membaca dengan literasi, karena hanya menganggap literasi sebagai kegiatan yang hanya sampai pada perihal membaca.
Literasi dalam istilah umum, merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa, yang pada tingkat keahlian tertentu, sebagai jembatan dalam pengembangan skill dan sebagai penyelesaian problem solving kehidupan sehari-hari.
Education Development CenterĀ (EDC) sendiri, menjabarkan pengertian dari literasi, yakni kemampuan individu menggunakan potensi yang dimilikinya, yang tidak hanya sebatas kemampuan baca tulis saja.
Dengan demikian, kalangan mahasiswa yang memiliki tanggung jawab pada pengembangan ilmu pengetahuan dan pengabdian masyarakat, tidak lagi mengartikan literasi dalam artian sempit.
Salah satu wacana yang menjadi poin pentingnya, yakni wacana bonus demografi yang akan dihadapi oleh Indonesia tepat di usia ke-100 tahun setelah merdeka.
Dunia Literasi dan kemajuannya, tentu akan sangat menjadi penting dalam upaya pengembangan sumber daya generasi bangsa, yang akan mengisi ruang-ruang strategis, dan tentu juga dalam upaya menjaga kutuhan dan persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kota Palopo sendiri, yang memiliki puluhan perguruan tinggi serta visinya yang menjadikan Palopo sebagai Kota Pendidikan, kehidupan dan kemajuan dunia literasi tidak begitu nyaring terdengar.
Pada umumnya, dikalangan mahasiswa, ruang-ruang literasi hanya dapat kita temui di sejumlah organisasi ekstra kampus. Sedangkan untuk di wilayah kelas kampus misalnya, belum menjadi jawaban atas permasalahan literasi, dan bahkan akan jadi bumerang nantinya terhadap perkembangan literasi dan ilmu pengetahuan di mahasiswa.
Bagi kalangan yang sadar akan pentingnya belajar dan mengasah diri untuk terlibat di dunia literasi, tentunya akan terus selalu mengasah nalar kritis, sebagai jembatan dalam menjawab suatu konteks permasalahan yang dihadapi.
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, Cabang Palopo, sebagai organisasi ekstra kampus, hingga hari ini masih eksis dalam mengadakan pelatihan literasi untuk mengembangkan sumber daya manusia yang dimilikinya, baik ditingkatan mahasiswa hingga turun langsung ke masyarakat.
Kegiatan Madrasah Literasi contohnya, yang saya sendiri termasuk didalamnya sebagai salah satu peserta, merasakan bagaimana kegitan ini sangat berdampak dalam membuka pemahaman pentingnya literasi untuk mempersiapkan kita dalam menjawab tantangan zaman.
Dengan tema “NU Menulis, NU Ditulis” diharapkan seluruh peserta untuk dapat mengasah fikiran mereka, dalam melihat wacana dan isu yang berkembang.
Sebagaimana wujud era 4.0 yang dimana, konsumsi wacana yang sangat mudah kita dapatkan, dengan hanya mengakses internet, membuat kita merasa penting kembali mengasah fikiran, agar dapat memfilterisasi wacana, baik sajian berita dari media massa, maupun tulisan-tulisan opini publik, apalagi tulisan-tulisan yang bersifat kontroversial.
Selain itu, dalam kegiatan Madrasah Literasi tidak hanya memberikan peserta perihal tulis-menulis, tetapi juga adanya pembekalan terhadap penguasaan teknologi informasi dan komunikasi, memberikan pelatian desain dan juga melatih diri menjadi seorang reporter berita.
Sehingga kita dapat berharap, lahirnya angkatan baru di kegiatan-kegiatan seperti Madrasah Literasi ini, dapat merawat dan mewarnai budaya literasi dikalangan mahasiswa Kota Palopo, juga melahirkan angkatan-angkatan baru yang lebih produktif. (*)
Tinggalkan Balasan