OPINI: Perempuan di Parlemen, Pergulatan Memperjuangkan Kaum Marginal
Oleh: Dr Felicitas Tallulembang
* Anggota Perlemen Perempuan DPR RI Fraksi Gerindra
TAMPILNYA perempuan di panggung politik Indonesia sudah terjadi sejak zaman kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Perjuangan fisik melawan kolonialisme Belanda juga banyak tampil tokoh-tokoh perempuan. Beberapa diantaranya seperti Dewa Agung Istri Kaniya adalah tokoh perempuan yang memimpin perang Kusamba, di wilayah Kerajaan Klungkung Bali, yang dijuluki “wanita besi” dari Bali oleh pihak pemerintah Belanda.
Cut Nyak Dien dan Cut Meutia dari Aceh, Marta Tehahahu dari Maluku, Emmy Saelan dari Sulawesi Selatan dll. Di Jawa Tengah R.A. Kartini dikenal sebagai tokoh yang memperjuangkan kesetaraan perempuan khususnya dalam bidang pendidikan.
Di Jawa Barat nama Dewi Sartika dikenalsebagai tokoh yang juga bergerak dalam meningkatkan pendidikan perempuan. Keikutsertaan perempuan dalam perjuangan Bangsa Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan, membebaskan bangsa dari penjajahan telah terpatri dalam berbagai dokumen bangsa ini.
perempuan harus berkiprah dan berperan aktif di segala bidang, sama dengan laki-laki tanpa pengecualian, termasuk dalam bidang politik.Politik selalu diidentikkan dengan dunia laki-laki , politik itu kotor sehingga perempuan kurang pantas untuk masuk ke ranah politik, itu yang menjadi anggapan sebagian besar masyarakat.
Sementara itu, lingkungan yang kurang mendukung perempuan ke ranah politik, itulah yang menjadi salah satu faktor minimnya perempuan di parlemen, selain itu juga politik menurut budaya sangat diidentikkan dengan peran-peran publik yang dianggap laki-lakilah yang layak memerankannya.
Dari persepsi tersebut kelihatan bahwa perempuan kurang terakomodir dalam posisi tawar dimasyarakat karena posisi penting diduduki oleh kaum laki-laki. Secara ekonomi juga perempuan bergantung pada laki-laki (suami), sehingga perempuan tidak memiliki otonomi terhadap dirinya sendiri.
Sebagai perempuan kita harus memiliki kesadaran kritis bahwa keterlibatan perempuan di ranah politik sangatlah penting dan tidak hanya dilihat secara kuantitas, tetapi bagaimana perempuan bisa mengambil peran atau posisi strategis untuk mempengaruhi pengambilan keputusan.
Dalam menjalankan tugas dan fungsi di parlemen, untuk fungsi legislasi layaknya kita memperjuangakan regulasi yang berpihak pada kaum marginal, didalam pembahasan perundang-undangan kita (perempuan) terlibat aktif untuk memberikan input.
Pada proses penganggaran kita mendorong eksekutif untuk membuat penganggaran sesuai dengan kebutuhan kaum marginal, menyusun penganggaran berbasis kebutuhan masyarakat dan berbasis data.
Dalam fungsi pengawasan kita (perempuan) harus pro aktif melihat dan menerima aspirasi dari masyarakat, melalui reses dan kunjungan ke daerah pemilihan secara partisipatif mendengarkan aspirasi-aspirasi masyarakat, menjadikan aspirasi dan masukan masyarakat sebagai bahan untuk proses pengawasan di parlemen.
Dalam rangka Internasional Woman’s Day (IWD), hari perempuan sedunia yang di rayakan oleh seluruh perempuan di dunia, mengingatkan kita para perempuan bahwa perjuangan masih panjang dan belum selesai.
Bukan sekadar keterlibatan perempuan diranah politik namun sebagai parlemen perempuan berkomitmen dan sunggung-sungguh memperjuangkan kaum marginal. Untuk melanjutkan perjuangan itu penguatan konstituen dan pemilih strategis (perempuan, nelayan, petani dan masyrakat miskin) diharapkan menjadi pemilih cerdas dan menjadi motor untuk memperjuangkan keterwakilan perempuan diparlemen.
Selamat merayakan hari perempuan sedunia bagi para perempuan, marilah kita berjuang pada ranah kita masing-masing, berbuat untuk kemajuan bangsa dan kesejahtraan masyarakat. (*)
Tinggalkan Balasan