OPINI: Islam tak Punya Pelindung
Oleh: Nurfadhilah Anshar Naim
(Aktivis Mahasiswa di Palopo)
Xianjang adalah provinsi terbesar di china yang berbatasan dengan delapan negara, namun dengan keluasan wilayahnya ternyata ada satu tempat wilayah yang mengekang umar muslim.
“Etnis minoritas berbahasa Turkic telah ditahan di kamp-kamp dimana mereka mendapat ‘pendidikan ulang’ dan menjadi sasaran indoktrinasi politik, termasuk dipaksa belajar bahasa yang berbeda dan melepaskan keyakinan mereka.
Penelitian terbaru mengungkapkan ada 28 fasilitas penahanan yang digunakan dan telah diperluas lebih dari 2 juta meter persegi sejak awal tahun lalu.” (tempo.co)
Lebih parahnya lagi mereka diperlakukan tidak manusiawi di Kamp-Kamp itu secara sistematis oleh Rezim Komunis China, mereka dipaksa untuk meninggalkan Islam, dipaksa makan babi, dipenjara, diperkosa, disiksa, larangan sholat dan puasa, larangan muslimah memakai hijab, disetrum, mengkritik keyakinan Islam, hingga mereka menyanyikan lagu-lagu propaganda partai komunis selama berjam-jam setiap hari.
Perlakuan tersebut membuat umat Islam marah terhadap apa yang diberlakukan pada Muslim Uighur, mereka melakukan pelanggaran terhadap hak dalam beragama kepada Muslim Uighur.
Begitu pula yang terjadi pada Muslim di Rohigya, Palestina, Myanmar, Suriah, yang mengalami penindasan, pengekangan, ketidakadilan bahkan penjajahan yang telah dilakukan oleh musuh-musuh Islam.
Secara kasat mata, umat Muslim telah menyuarakan suaranya dan media menayangkan kejadian-kejadian disana namun sampai saat ini pemerintah negara penduduknya mayoritas Muslim seperti Arab Saudi, Malaysia, Pakistan, dan Indonesia telah menghindari mengangkat masalah ini secara terang-terangan. Lebih mirisnya lagi ketum PBNU mengatakan bahwa “kehidupan Muslim di Tiongkok berlangsung baik.” (detik.com)
Laporan the Wall Street Journal (WSJ) yang ditulis Rabu (11/12), memaparkan China mulai menggelontorkan sejumlah bantuan dan donasi terhadap ormas-ormas Islam tersebut setelah isu Uighur kembali mencuat ke publik pada 2018 lalu. (ccnindonesia.com)
Melihat pernyataan diatas sangat jelas bahwa sikap pengamanan dan pemerintah tidak ada campur tangan terhadap Muslim Uighur pemerintah hanya diam dan ini membuktikan posisi Indonesia sebagai pemimpin ASEAN maupun anggota Dewan Keamanan pun tidak berpengaruh terhadap sikap pembelaannnya.
Sikap terhadap pemerintah terbukti bahwa diamnya dunia Islam terhadap kekejaman Cina terhadap Muslim Uighur, juga derita Muslim Rohingya dan Palestina menegaskan bahwa saat tiadanya khilafah umat Islam tak punya pelindung.
Bahkan kita tidak bisa berharap perlindungan dan pembelaan dari negeri muslim terbesar seperti Indonesia untuk menyelamatkan saudara Muslim Rohingya dan Muslim di negeri lainnya.
Sayanganya, itu tidak terjadi beragam alasan. Selama masih menganut sistem kufur Kapitalis-Demokrasi ini, kita tidak bisa berharap mendapatkan perlindungan, keamanan terhadap saudara-saudari Muslim.
Ummat Islam harus menyadari bahwa hanya dengan khilafah saudara-saudari kita akan mendapatkan keselamatan keadilan yang pantas mereka terima.
Berrdasarkan sabda Nabi Sallahu ‘alaihi wa salam: “Sungguh Imam (khalifah) laksana Perisai kaum Muslim akan berperang dan berlingdung di belakang dia” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Wallahu a’lam bish-shawab. (*)
*( Opini ini diterbitkan atas kerjasama Komunitas Wonderful Hijrah Palopo dengan Tekape.co. Isi dan ilustrasi di luar tanggungjawab redaksi.
Tinggalkan Balasan