Tekape.co

Jendela Informasi Kita

OPINI: Industri Games, Bisnis Penghancur Generasi

Oleh: Karlina
(Aktivis Dakwah Kampus, Member Wonderful Hijrah Palopo)

CAPRES nomor urut 01 Joko Widodo atau Jokowi mengatakan, pemerintah saat ini harus cepat tanggap dan responsif terhadap perubahan global yang terjadi saat ini.

Hal itu disampaikan Jokowi menanggapi penjelasan Prabowo Subianto tentang strategi pengembangan e-Sport dan Mobile Legend.

“Perubahan global yang terjadi saat ini, seperti artificial intelligence (AI), internet of things, virtual reality, dan bitcoin. Ini juga sama, ini sebuah profesi yang anak muda menyenangi,” ujar Jokowi dalam debat pamungkas Pilpres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (13/4/2019). Sebagaimana dilansir pada situs liputan6.com pada 23 April 2019.

Menanggapi hal tersebut Sandiaga Uno memberi komentar: “Oleh karena itu kami fokus pengembangan ekosistem ini berbasis ekonomi digital haruslah berujung kepada peluang lapangan pekerjaan bagi anak- anak muda. Jangan sampai juga e-sports pengaruhi generasi kita, sehingga tak punya ahklak,” pungkasnya. (cnbcindonesia.com)

Dalam hal ini, telkom juga berambisi di industri gaming berdasarkan pada tren game, khususnya mobile, yang sedang menjadi perhatian besar sejumlah masyarakat.

Disampaikan oleh Joddy Hernady selaku EVP Digital & Next Business Telkom, industri game memiliki tingkat pendapatan yang paling tinggi dibandingkan jenis hiburan lainnya. “Gaming itu pendapatannya bisa tujuh kali lipat dari pendapatan sebuah film,” terang Jody. (marketeers.com)

Selain itu, Menteri Pemuda dan Olahraga (Mempora) Imam Nahrawi berpendapat e-sport harus mulai masuk ke kurikulum pendidikan untuk mengakomodasi bakat-bakat muda. Ia menayatakan sudah menganggarkan Rp50 miliar untuk menggelar kompetisi-kompetisi di level sekolah.

“Kita kurang lebih menyiapkan Rp50 miliar untuk menggulirkan ini sebagai sesuatu yang menarik dan terbuka di level-level sekolah nanti,” pungkasnya.

Industrialisasi Games Salah Arah

Tak bisa dipungkiri, sejatinya bidikan pemerintah terhadap e-sport adalah karena melihat potensi ekonomi yang bisa digali dari sana. Dengan kata lain, orientasinya adalah bisnis, mengeruk pundi-pundi rupiah sebanyak mungkin.

Sebagaimana Sistem Ekonomi Kapitalisme yang diadopsi negara ini, di mana ada permintaan di situ ada penawaran. Sehingga ketika banyak anak muda menggandrungi game online, maka para pelaku ekonomi pun mengarahkan perhatiannya ke bidang tersebut.

Tidak diragukan bahwa kapitalisme memang kan menghalalkan segala cara untuk meraup keuntungan yang besar tanpa mempertimbangkan akibatnya, toh baginya akibat tidak berdampak besar bagi mereka.

Kebobrokan sistem pendidikan sekuler yang tak jelas arah dan kental aroma bisnis berbasis proyek digitalisasi.

Menjadi sebuah pertanyaan besar, kemana generasi akan dibawa? Apakah pendidikan tidak lagi menarik hingga game menjadi prioritas bahkan kurikulum.

Sedangkan sudah tidak terhitung banyaknya para generasi yang rusak karena game. Memang, bermain games tidak selalu berdampak negatif bagi pelajar.

Ada juga dampak positifnya seperti menambah teman, belajar berpikir strategi bahkan juga bisa belajar bahasa asing seperti bahasa Inggris.

Mereka juga merasa lebih relaks ketika begitu banyak tekanan dari sekolah, terlalu banyak tugas, dan lain sebagainya.

Tetapi, dampak negatif yang ditimbulkan jauh lebih besar ketika remaja tidak lagi mampu mengontrol dirinya ketika bermain games.

Kecanduan, malas, kurang tidur, kurang finansial, radiasi bahkan memakan korban. Sebagai contoh, games PUBG menjadi penguat dan inspirasi bagi pelaku teror di Selandia Baru.

Dapat kita lihat jika semua pendidikan itu menghendaki industri game padahal kita tahu bahwa industri game justru sangat merugikan generasi dan jelas bahwa yang diuntungkan dalam bisnis ini adalah penguasa dan pengusaha.

Bukannya malah membangun pemikiran generasi malah menjadikan generasi budak industri e-sport. Ini sungguh disayangkan untuk generasi kita ke depannya, mereka akan tumbuh sebagai generasi yang lemah.

Industri game mengakibatkan generasi muda kehilangan makna hidupnya. Mereka tumbuh menjadi generasi lemah, terlena oleh kehidupan dunia dan kebahagiaan semu. Entah bagaimana masa depan bangsa ini di tangan generasi lemah seperti itu?

Industri e-sport sangat berdampak buruk pada kesehatan dan kualitas generasi. Bahkan para ahli kesehatan telah banyak meneliti dampak negatif game online bagi kesehatan jiwa fisik dan psikis manusia.

Dari sinilah kita bisa lihat bahwa industri e-sport ini tidaklah memiliki manfaat bagi generasi kita melainkan hanya membawa kemalasan dan kemunduran berfikir anak-anak.

Mari kita cermati bagaimana Islam mengatur game atau permainan dan olahraga. Islam adalah diin yang sempurna, mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.

Kesesuaiannya dengan fitrah manusia juga terlihat dari perhatiannya terhadap kesehatan, baik fisik maupun psikis.

Karena kesehatan merupakan salah satu unsur penunjang utama dalam melaksanakan ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan bekerja serta aktivitas lainnya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu. Bahwa Rasulullah ﷺ bersabda “Orang mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah”.

Seorang muslim yang menyandarkan hidupnya pada aturan Islam, permainan hanyalah sampingan penghilang penat.

Oleh karena itu, tidak boleh melalaikan dan melanggar Syariat. Serta kita tidaklah melakukan permainan yang menghabiskan waktu dan tenaga sehingga mengalihkan kewajiban kita yaitu pengabdian pada Allah SWT sebagai fokus hidupnya.

Terlebih jika terbukti permainan yang dilakukan merusak kesehatan dan mengandung konten negatif, sebagaimana seringkali ditemukan dalam game online.
Demikianlah, kita bisa membayangkan jika permainan dan olahraga dijadikan ajang industri, terlebih oleh negara, maka kaum ibu akan semakin sulit mengasuh dan mendidik anak-anaknya.

Negara yang seharusnya menciptakan suasana kondusif untuk tumbuh kembang serta pendidikan anak justru menambah berat beban orang tua.

Bahkan dampak bagi umat Islam, mereka akan lupa hakikat dirinya sebagai khoiru ummah (umat terbaik).

Lalu mana mungkin mampu membangun peradaban unggul yang akan menebar kerahmatan Islam ke seluruh penjuru dunia? Wallahu a’lam. (*)

* Opini ini diterbitkan atas kerjasama Komunitas Wonderful Hijrah Palopo dengan Tekape.co. Isi dan ilustrasi di luar tanggungjawab redaksi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini