OPINI: Body Positivity Wanita Dalam Sistem Liberal
Oleh : Ambar Wati
(Aktivis Mahasiswi di Palopo)
DALAM akun unggahan Tara Basro di akun media sosialnya, dengan berdalih kampanye positive dengan mengajak orang mencintai tubuhnya sendiri.
Dalam sistem liberal, hal ini harusnya menjadi bentuk keprihatinan kaum wanita bahwa mencintai tubuh tidak dengan cara publish atau berdalih mencintai tubuh dengan mengkampanyekan body positivity. Tubuh merupakan bagian sensitif, bukan mengurangi problem dalam hidup, hal ini justru menambah polemik baru.
Dilansir dari liputan6, lebih dari separuh orang dewasa pernah menjadi korban body shaming atau olokan/kritik mengenai warna kulit, ukuran badan, bahkan bentuk kaki.
Dalam sistem liberal, manusia lupa menghargai dan lebih condong ke arah menjudge jika itu tidak sesuai dengan pemikiran mereka.
Hal ini akan menimbulkan banyak polemik, di antaranya berdampak pada penghinaan bentuk tubuh yang dapat memicu psikomotorik seseorang.
Bagaimana bisa membangun body positivity jika wanita sudah tak malu lagi bahkan dengan bangga mengumbar tubuhnya.
Tak menutup kemungkinan bukan body positivity yang didapat, tapi justru body negativity dikarenakan para wanita malah sibuk membanding-bandingkan diri dengan yang lainnya akibat gaya hidup liberal yang menganggap perempuan berhak untuk memamerkan tubuhnya dengan beragam pembenaran.
Liberalisme ini pulalah yang menyebabkan manusia itu sendiri menjadi para pemuja fisik, kemolekan, kecantikan dan didukung media.
Sehingga memberikan problem baru, di antaranya ketidakpercayaan seseorang terhadap dirinya sendiri.
Selain itu, menjauhkan bahkan melupakan aturan sang pencipta dari kehidupanya tentang rasa syukur yang semestinya ada di dalam diri manusia, selain itu rusaknya tali persaudaraan antar sesama yang dapat menimbulkan kontrofersi diantara beberapa pihak.
Mencintai diri sendiri adalah menerima diri apa adanya dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki sebagai wujud syukur pada sang pencipta.
Tubuh seorang wanita yang merupakan aurat seharusnya dijaga bukan justru diumbar dan menjadi konsumsi publik.
Dalam islam berhijab merupakan kewajiban yang harus ditunaikan bagi setiap wanita muslimah.
Hijab merupakan salah satu bentuk pemuliaan terhadap wanita yang telah disyariatkan dalam Islam.
Dalam mengenakan hijab syar’i haruslah menutupi seluruh tubuh dan menutupi seluruh perhiasan yang dikenakan dari pandangan laki-laki yang bukan mahram. Hal ini sebagaimana tercantum dalam firman Allah Ta’ala:
وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ
dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya.” (Qs. An-Nuur: 31)
Syariat islam sudah mengatur tentang bagaimana seharusnya wanita menjaga dan menghormati dirinya sendiri, dalam Islam, menyayangi diri sendiri tentunya dengan mensykuri dan mentaati aturan dengan berpakaian sesuai standar syariat islam.
Itulah apresiasi dari wujud mencintai diri sendiri dalam Islam, karena islam menjaga, bukan menggadai, islam menghormati bukan mengkekang. Wallahu a’lam bishshawab. (*)
Tinggalkan Balasan