OPINI: Belajar Dari SD Inpres, Pendidikan Kunci Kemajuan Perekonomian Daerah
Oleh: Andi Abdullah Rahim
(Pemerhati Pendidikan Luwu Utara)
PROGRAM SD Inpres adalah program yang dilakukan oleh Pemerintah Soeharto pada masa Orde Baru, sejak tahun 1973.
Tujuan penerbitan kebijakan ini adalah memperluas kesempatan belajar, terutama di pedesaan dan bagi daerah perkotaan yang penduduknya berpenghasilan rendah, serta menuntaskan masalah baca dan tulis pada penduduk Indonesia yang masih banyak buta huruf.
Pada Pelaksanaan program SD Inpres ini telah dibangun 6000 gedung SD diseluruh Indonesia. Keberhasilan program ini karena membuka kesempatan belajar kepada semua anak indonesia walaupun dengan fasilitas terbatas. Presiden Soeharto memperoleh Avicenna Award dari UNESCO pada tahun 1993 atas prestasi ini.
Program SD inpres ini kembali menjadi pembicaraan karena baru-baru ini penerima Nobel prize 2019 Michael Kremer, Abhijit Banerjee, Esther Duflo.
Esther Duflo ini dianggap superstar baru dalam riset ekonomi pembangunan. Karena dia menjadi pionir field experiment yang masif untuk mengungkap sebuah teori ekonomi pembangunan.
Paper Esther Duflo yang fenomenal adalah tentang Pengaruh SD Inpres pada pengentasan kemiskinan.
Riset Esther Dufflo tentang SD Inpres menunjukkan pendirian ribuan SD tersebut berdampak dramatis terhadap peningkatan income rakyat Indonesia.
Program pendidikan yang massif, tepat sasaran dan pembangunan sumber saya manusia ternyata memiliki efek yang besar dan jangka panjang pada peningkatan Income ekonomi masyarakat. Karenanya membuka kesempatan belajar bagi semua anak bangsa harus dilakukan, khususnya di Luwu Utara.
Pilihan untuk fokus pada pembenahan pendidikan wajib 12 tahun, sehingga tidak ada lagi siswa yang putus sekolah. Luwu Utara juga mestinya membuka universitas di Luwu Utara, sehingga membuka kesempatan seluas-luasnya untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi. Dan ini adalah hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. (*)
Tinggalkan Balasan