Nasib Pilu Keluarga Miskin di Lutim, Harus Berjuang Untuk Pengobatan Bayi Berusia Hitungan Hari
PALOPO, TEKAPE.co — Sungguh malang nasib bayi Haerul yang saat ini dirawat di salah satu RS di Palopo.
Betapa tidak, bayi yang masih berusia 9 hari itu terbaring lemas di RS dengan benjolan di bagian alis yang menutupi mata sebelah kirinya.
Bayi Haerul ini adalah anak dari pasangan Hasmiati (40) dan Jumadi (44), salah satu keluarga miskin di Dusun Ondor Kilo, Desa Bayondo, Kecamatan Tomoni, Luwu Timur (Lutim), Sulsel.
Jumadi dan Hasmiati telah membawa anaknya ke RSUD Sawerigading Palopo, setelah mendapat rujukan dari RSUD Ilagaligo Luwu Timur, 17 Desember 2020 lalu.
Orangtua Haerul, Jumadi, mengatakan bayinya telah menjalani perawatan di RSUD Sawerigading Palopo selama seminggu.
Jumadi, menuturkan, bagian tengkorak kepala bayinya itu bermasalah sejak kelahirannya, tanggal 17 Desember lalu, di RSU Lagaligo Kabupaten Luwu Timur.
“Bagian alis sebelah kiri bayi kami muncul benjolan yang sebelumnya hanya membesar, tapi saat ini benjolan itu pecah beberapa waktu lalu,” jelasnya.
Tak hanya itu, Jumadi yang berprofesi sebagai petani kebun itu juga mengaku menggadaikan rumahnya ditetangganya dengan meminjam uang sebanyak Rp3 Juta, untuk digunakan keperluan sehari-hari selama berobat di RSUD Sawerigading Palopo.
“Sebelum bayi kami dirujuk dan berangkat dari RSUD Lagaligo ke RSU Sawerigading Palopo, dengan jaminan rumah, saya terpaksa meminjam uang ke tetangga sebanyak Rp3 juta untuk keperluan selama di Palopo,” ucapnya, sambil mengusap matanya.
Jumadi bersama istrinya, Hasmiati dan juga salah satu anaknya tinggal di sebuah kos kosan yang tak jauh dari tempat anaknya dirawat.
Mereka menyewa kamar kos tersebut seharga Rp300.000 per minggu.
Jumadi, menuturkan sewaktu bayinya dirujuk ke RSUD Sawerigading Palopo, dirinya berharap setelah di rumah sakit rujukan saat ini, kondisi bayinya bisa tertangani.
Namun saat beberapa hari menjalani perawatan di ruang Ponek, bayinya menerima rekomendasi dari dokter yang merawat bayinya tersebut, agar dirujuk ke Rumah Sakit yang ada di Makassar untuk penanganan lebih lanjut.
“Saya lemas saat mendengar kalau anak saya ternyata harus dirujuk ke Makassar. Untuk ke Palopo saja, saya harus meminjam uang untuk kebutuhan sehari-hari di Palopo, Kami tidak punya keluarga disini,” tuturnya.
Untuk jaminan kesehatan bayinya, Jumadi mengatakan jaminan bayinya saat ini sudah ada. Hanya saja biaya sehari-hari selama di Palopo yang tak sedikit memakan biaya.
“Jaminan kesehatan bayi kami itu sudah ada sejak dari rumah RSUD Lagaligo, namun yang membuat saya lemas untuk dirujuk ke Makassar, yaitu biaya hidup selama di Makassar nantinya. Kalau ada kiranya dermawan yang siap mengulurkan tangan ke kami, kami sangat bersyukur dan siap bayi kami dirujuk ke Makassar,” katanya.
“Bukannya saya tidak ingin anak kami sehat, tapi kondisi ekonomi kami yang tidak memungkinkan untuk ke Makassar, yang menjadi kendala kami bersama istri saat ini,” pungkasnya. (*)
Tinggalkan Balasan