Tekape.co

Jendela Informasi Kita

Jenazah Covid-19 Diduga Terlantar di Palopo, Makam Belum Siap, Digali Sendiri Oleh Keluarga

PALOPO, TEKAPE.co — Proses pemakaman pasien Covid-19 kembali dikeluhkan di Palopo.

Pasalnya, jenazah pasien positif covid-19 diduga ditelantarkan dan tidak terurus di Kota Palopo, Kamis, 7 Januari 2021.

BACA JUGA:
Video Viral, Jenazah Pasien Covid-19 di Palopo Diduga Terlantar

Pasien itu bernama Yohanis Lombok Manggera (70), warga Batusitanduk, Kabupaten Luwu, yang meninggal di RSUD Sawerigading Palopo.

Karena meninggal setelah divonis covid-19, maka jenazah Yohanis harus dimakamkan secara covid-19, di pemakaman khusus covid-19, di Salupao, Kecamatan Telluwanua, Palopo.

Namun, mendiang Yohanis yang masuk ke rumah sakit karena menderita jantung, jenazahnya harus terlantar.

Ia meninggal Kamis malam, sekira pukul 20.00 wita. Baru dikebumikan Jumat pagi, sekira pukul 07.00 wita.

Lambat dimakamkan lantaran petugas pemakaman covid-19 tidak menyiapkan kuburan. Sehingga terpaksa pihak keluarga sendiri yang menggali di tengah malam yang gelap.

Pihak keluarga menggali kubur sekira pukul 03.00 dini hari, dengan alat seadanya. Sehingga jenazah mendiang Yohanis baru bisa dimakamkan Jumat pagi.

Hal itu disampaikan kerabat mendiang Yohanis, Ismail Randa, Sabtu 9 Januari 2021.

Ia menceritakan, mendiang Yohanis dirawat di RSUD Sawerigading Kota Palopo, sekitar empat hari, hingga menghembuskan nafas terakhirnya, Kamis malam, 7 Januari 2020, sekira pukul 20.00 wita.

Almarhum masuk ke RSUD Kota Palopo dengan diagnosa penyakit jantung.

Ismail menuturkan, pihak keluarga menerima jika keluarganya divonis Covid-19.

“Masalah vonis kami terima. Sesuai protokol kesehatan, kami juga sudah patuhi. Namun yang kami sesali adalah saat kami memohon agar keluarga bisa dimakamkan keesokan harinya, namun tidak dibolehkan pihak RS. Sesuai kemauan RS bahwa pasien harus dikebumikan minimal 4 jam setelah meninggal, kami menurutinya, tapi yang terjadi malah tidak sesuai prosedur,” jelasnya.

Ia menceritakan, Jumat dini hari, sekitar pukul 01.00 Wita, jenazah sudah di luar, pihak keluarga menunggu beberapa jam, namun ambulance tidak kunjung datang.

Sehingga jenazah sempat dimasukkan kembali ke ruangan.

“Nanti setelah pukul 02.30 Wita, ambulance datang lalu kami diarahkan ke makam C19 Salupao, depan pembuangan sampah, kawasan industri Palopo (KIPA),” ujar Ismail.

Ismail mengatakan, pihaknya diarahkan ke tempat tersebut sekitar pukul 02.40 Wita, karena pihak RS juga telah menyampaikan bahwa semua proses pemakamannya sudah disiapkan, termasuk kuburannya.

“Namun setelah kami sampai di sana, liang kubur belum digali sama sekali. Kami bingung, mau buat apa. Pihak RS pun sudah tidak bisa dihubungi, apalagi Satgas Covid-19 di Palopo sama sekali tidak ada,” katanya.

Yang dilakukan, kata dia, pihaknya berdiam disana di tengah hutan, dalam keadaan berduka dan kebingungan.

“Coba bayangkan bagaimana rasanya di tengah hutan, gelap, sekira pukul 03.00 wita. Apa yang mau dilakukan, mereka bilang semua sudah siap, padahal sama sekali tidak ada yang siap. Liang kubur tidak digali, apalagi kami dalam keadaan berduka,” ujarnya kesal.

Ismail juga mengaku sempat mencari nomor telephone Satgas Covid-19 di google dan mendapat 3 nomor yang tercantum.

“Karena kita bingung dalam keadaan berduka, gelap di tengah hutan jam segitu, jadi saya cari nomor telpon Satgas Covid-19 Palopo di google, saya dapat 3 nomor. Saya hubungi nomor itu, tapi nomor satu tidak aktif, lalu saya menghubungi nomor yang lainnya aktif, tapi yang satu tidak mengangkat, beruntung nomor yang satu itu sempat mengangkat telpon. Tapi dia cuma bilang, sabar ki,” kenangnya.

Dalam keadaan seperti itu, keluarga mendiang hanya disuruh sabar. Sementara dibawa jenazah di tengah hutan dan tidak jelas mau diapakan, karena liang kuburan pun belum digali sama sekali.

Sekira pukul 05.30 Wita, pihak keluarga jenazah menemukan linggis dan skop. Mereka berinisiatif untuk menggali liang kubur dengan alat tersebut.

“Kami gali liang kuburnya dengan alat yang kami dapat itu, nanti sekitar jam 06.00 pagi baru ada dari pemakaman dan membantu kami meneruskan galian. Sehingga pukul 07.00 pagi kami baru bisa mengadakan pemakaman,” katanya.

Ismail berharap, Satgas Covid-19 bisa intropeksi diri, sehingga kejadian ini tidak terulang lagi.

Ia sangat menyayangkan kelakuan yang berwenang dalam hal ini.

“Satgas Covid yang membuat aturan, tapi malah pihaknya sendiri yang tidak bisa menjalankan dengan benar.
Semoga pihak yang berkompeten intropeksi diri, bisa memperbaiki managementnya agar yang lain tidak mengalaminya. Cukup Kami yang alami,” harapnya.

Kejadian ini sangat memprihatinkan, dan yang berwenang sangat tidak perhatian.

“Seandainya kita bisa berbagi apa yang kami alami. Kira-kira bagaimana coba perasaan kalian, coba bayangkan,” tandas Ismail. (rindu)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini