Habis Dikeruk, Tumbuhlah Pepohonan
HAMPARAN tanah memerah kecoklat-coklatan. Seperti sawah yang habis dibajak. Di sisi lain, tampak rerumputan yang baru mulai tumbuh. Tak jauh dari situ, telah ditumbuhi pepohonan yang mulai rindang.
Area mining atau lokasi penambangan milik PT Vale Indonesia Tbk di Sorowako itu menyuguhkan panorama tersendiri.
Laporan: Abd Rauf
* Sorowako, Kabupaten Luwu Timur
Pagi itu, akhir Maret 2019, setelah kami dilengkapi sepatu, rompi, kacamata, dan helm, kami menuju lokasi tambang yang diantar menggunakan mobil.
Memasuki kawasan pertambangan, kami berganti mobil. Ada dua bus menunggu guna mengantar sekitar 35 orang wartawan untuk keliling melihat langsung proses penambangan hingga area reklamasi pasca tambang.
Sebelum berangkat, Manager Long Term Planning PT Vale Indonesia, Obes Silalahi, memperkenalkan diri bersama dua orang rekannya, ditambah Manager Reklamasi Tambang PT Vale Indonesia Yohan Lawang, dan Bagian komunikasi PT Vale Indonesia, Sihanto B dan Winda.
Obes sekilas memberitahukan agar hati-hati saat di area tambang. Sebab resikonya tinggi. “Jangan berdiri di atas tebing. Karena rawan,” pesannya.
Di sepanjang perjalanan, beberapa truk berukuran raksasa tampak lalu lalang. Ukurannya pendek, tapi lebih tinggi dari bus yang kami tumpangi.
Tempat persinggahan pertama di Stasiun Penyaringan West Block Sorowako. “Ini adalah proses terakhir dari serangkaian proses sebelum masuk ke pabrik, process plant site,” jelas Obes.
Di tempat inilah, tanah yang mengandung bijih nikel, dibawa ke Stasiun Penyaringan yang disebut Screening Station Product (SSP), atau proses pemurnian ini.
Setelah diproses di SSP itu, hasilnya akan ‘dijemur’ untuk menurunkan kadar airnya selama 3-4 pekan, kemudian dibawa ke pabrik, process plant.
Dari jauh, ada beberapa petak tanah yang tampak seperti dijemur. Tanah yang dihasilkan dari proses penyaringan itu siap dibawa ke pabrik, setelah kadar airnya sudah turun.
Menurut Obes, Stasiun Penyaringan West Block Sorowako ini menghasilkan 150 ton per hari, yang kandungan bijih nikelnya rata-rata 1,95 persen.
“Setiap Stasiun Penyaringan bekerja 24 jam, dengan tiga shift. Untuk jumlah karyawan di area mining ada 1000-an orang,” jelasnya.
Obes menjelaskan, PT Vale Indonesia di Luwu Timur, menambang di tiga lokasi berbeda, yang dikelompokkan dalam tiga blok besar, block west dan block east, atau disebut Sorowako block.
Kemudian satu lagi di Petea block, sejauh 24 km dari Sorowako. Masing-masing blok ini dibangun Screening Station atau stasiun penyaringan.
“Di West Block, kandungan silika magnesia dan besinya terlalu tinggi, tapi nikelnya juga tinggi. Kemudian di East Block dan Petea Block, kandungannya cukup seimbang antara silika dan magnesia-nya, namun kandungan nikelnya rendah,” terang Obes.
Dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing blok, akan disatukan di plant site, sehingga menghasilkan nikel dalam matte yang lebih baik.
Beberapa jam di Stasiun Penyaringan West Block Sorowako, Obes dan rekannya, Engineering Shorton Planning Oktoviando Mende dan senior geologis Prawitto, menjelaskan banyak hal.
Mulai dari cadangan nikel yang disebut masih tersedia hingga tahun 2045, sampai target produksi nikel matte 2019.
“Tahun 2019 ini, target kami 76 ribu ton. Sementara realisasi tahun 2018 lalu, hanya 75 ribu ton, dari target 77 ribu ton nikel matte, siap ekspor ke Jepang,” beber Obes.
Dari Stasiun Penyaringan West Block Sorowako, kemudian menuju lokasi penambangan atau face mining.
Di sepanjang jalan menuju lokasi penambangan, hamparan lahan bekas tambang terpampang. Tak terkecuali suguhan hamparan hutan dengan pepohonan padat.
Di lokasi penambangan yang kami kunjungi, satu ekskapator besar beraksi. Tanah lapisan atas dikeruk dan diangkut beberapa truk raksasa.
Lapisan tanah tanpa ore atau bijih nikel itu, dibawa ke lokasi pasca tambang. Tanah itu digunakan untuk menimbun lahan yang telah dieksploitasi.
Sementara material yang mengandung bijih nikel akan dibawa ke proses sreening, di stasiun penyaringan.
“Ini kapasitas truk terbesar kami di PT Vale, memuat 150 ton,” ujar Obes, sambil menunjuk truk yang lewat mengangkut material di lokasi penambangan.
“Tahun ini ada 354 hektar yang akan dieksploitasi. Sementara yang akan dihijaukan seluas 79 hektar,” jelasnya lagi.
Puas mengambil gamar di lokasi penambangan, rombongan wartawan lokal, regional, hingga nasional itu, kemudian beranjak ke area reklamasi lahan pasca tambang.
Di area reklamasi, tampak beberapa tanaman pioner atau pelindung telah ditanam. Di beberapa titik baru rerumputan yang tumbuh, sementara di titik lain, sudah tertanam pohon pelindung.
Tanaman pioner atau pelindung itu diambil dari Nursary, pusat pembibitan milik PT Vale.
Di Nursary, bisa menghasilkan bibit tanaman hingga 700.000 setiap tahun. Bibit itu memang diperuntukkan reklamasi lahan pasca tambang. Namun tak melulu untuk itu, tapi juga untuk kebutuhan di luar PT Vale.
Berbagai jenis kayu ditanam di lokasi pasca tambang, diantaranya ada mahoni, kaloju, tapi-tapi, jambu-jambu, salam, ketapang, malotus, sepatu dea, buri, kayu angin, kayu hitam, gaharu, kayu tanduk, dan sejumlah jenis lainnya.
Manager Reklamasi Tambang PT Vale Indonesia, Yohan Lawang, mengatakan, tahun ini ada 79 hektar lahan pasca tambang yang akan direklamasi.
“Setiap hektar lahan ini, akan ditanami 400 tanaman pohon pelindung atau pioner, ditambah 1000 pohon per hektar untuk tanaman lokal,” jelasnya.
Proses reklamasi lahan pasca tambang itu memakan waktu bertahun-tahun. Setelah kandungan bijih nikel habis, maka terlebih dahulu akan ditimbun. Lalu proses penanaman.
Untuk luas area lahan yang akan direklamasi, PT Vale telah menetapkannya setiap tahun.
Dalam perjalanan pulang, beberapa titik tampak papan bertuliskan area reklamasi. Ada pepohonan baru mulai tumbuh setinggi orang dewasa, hingga yang tak tampak lagi bahwa itu area bekas tambang.
“Kami komitmen untuk sustainability. Kami tidak main-main menggelontorkan investasi hingga USD 1,7 miliar untuk sustainability atau program pertambangan keberjalanjutan,” ujar Senior Manager Communication PT Vale Indonesia, Suparam Bayu Aji.
Ia mengaku, PT Vale sadar betul, tanah yang telah dikeruk, tak akan pernah seperti sedia kala. Namun minimal, mengurangi dampak dari eksploitasi itu, dengan berupaya memulihkan kembali.
Sementara itu, Deputi CEO PT Vale Indonesia, Febriany Eddy, mengatakan, atas komitmen PT Vale dalam hal sustainability, telah mendapat penghargaan best of the best, untuk kategori pengolahan lahan tambang.
“Jadi tambang itu nggak harus merusak, tapi juga berkontribusi terhadap lingkungan,” tandasnya. (*)
Tinggalkan Balasan