Digitalisasi Bank Sampah RW 09 Jatisari Bekasi, Terobosan Mahasiswa KKN ITB-AD
BEKASI, TEKAPE.co — Inovasi dan kepedulian lingkungan berpadu dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB-AD).
Bertempat di Bank Sampah RW 09, Kelurahan Jatisari, Kota Bekasi, para mahasiswa berhasil mengembangkan sistem keuangan digital untuk meningkatkan pengelolaan dan akuntabilitas lembaga pengelola sampah berbasis masyarakat tersebut.
Kegiatan ini berlangsung sejak 15 Juni hingga 15 Juli 2025 dan dipimpin oleh Rifqi Robbani sebagai ketua kelompok 7, bersama sembilan rekannya: Septian Fajar Hidayat, Putri Gebrina Rizki, Dandy Praga Wijaya, Hendry Putra Kurniawan, Asep Jamaludin, Tristiyanto, Misbahuddin, Yanti, dan Afna Mutia Salsabila.
Perbaiki Sistem Keuangan yang Masih Manual
Berangkat dari permasalahan yang kerap dihadapi pengurus bank sampah—yakni pencatatan transaksi dan tabungan yang masih dilakukan manual—tim KKN mengambil inisiatif untuk merancang dan menerapkan sistem keuangan digital berbasis Excel.
Sistem ini dilengkapi fitur pencatatan harian, rekap saldo nasabah, laporan bulanan, hingga grafik pemasukan dan pengeluaran.
“Masalah utamanya bukan hanya pada pencatatan yang kurang rapi, tapi juga minimnya pemahaman soal laporan dan pengarsipan keuangan. Kami hadir untuk menyederhanakan proses tersebut,” ujar Rifqi.
Pendekatan Kolaboratif dan Edukatif
Tak hanya membangun sistem, mahasiswa juga memberikan pelatihan langsung kepada pengurus bank sampah.
SOP dan buku panduan disusun agar sistem ini bisa digunakan secara mandiri meski program KKN telah selesai.
Edukasi mengenai pemilahan sampah dan pentingnya ekonomi sirkular juga diberikan kepada warga, baik lewat kegiatan kampung edukasi maupun pembagian leaflet informatif.
Literasi Meningkat, Kepercayaan Tumbuh
Hasil nyata dari kegiatan ini antara lain:
1. Adanya sistem keuangan digital yang praktis dan terintegrasi;
2. Peningkatan pemahaman pengurus dalam mengelola dan melaporkan keuangan;
3. Bertambahnya keterlibatan warga dalam menabung dan memilah sampah;
4. Tersusunnya arsip dokumentasi lengkap yang dapat digunakan untuk pengembangan kelembagaan di masa depan.

Rifqi juga mengatakan, pendekatan yang dilakukan, berupaya tidak hanya menyentuh aspek teknis, tapi juga membangun kesadaran kolektif bahwa sampah bisa menjadi aset jika dikelola dengan benar.
“Ini bukan hanya soal angka dan laporan. Kita berupaya bagaimana komunitas kecil bisa tumbuh lewat sistem yang sederhana tapi berdampak,” tegasnya.
Program ini menjadi bukti nyata bahwa peran mahasiswa dalam masyarakat sangat relevan untuk menjawab tantangan-tantangan lokal, termasuk di sektor lingkungan dan pengelolaan keuangan berbasis komunitas. (*)
Tinggalkan Balasan