Bocah Difabel Itu Ternyata Anak Oknum Polisi yang Ditelantarkan
MALANGKE, TEKAPE.co – Bocah penyandang disabilitas di Tolada, Kecamatan Malangke, Kabupaten Luwu Utara, Muh Amin Syam, ternyata anak dari seorang oknum anggota polisi yang ditelantarkan.
Bocah difabel yang viral karena mengirim surat meminta kaki palsu kepada Presiden RI itu, kini hidup menderita karena keterbatasan ekonomi.
Ia pun meminta kaki palsu kepada Presiden, karena kaki palsu yang terbuat dari kayu yang dimilikinya, kini sudah tidak layak pakai.
Ibunda Muh Amin Syam, Andi Besse, tak kuasa menahan air mata saat menceritakan kehidupan keluarganya. Ia mengaku tak meiliki harta benda, bahkan mereka tak memiliki tanah walau itu hanya sejengkal untuk membangun sebuah rumah.
Andi Besse mengatakan, semenjak bercerai dengan suaminya yang bertugas sebagai Anggota Polisi di Mamuju (Sulbar), dia bersama anaknya, tak pernah lagi mendapat kabar dari sang suami. Jangankan nafkah, kabar pun tidak ada.
“Semenjak saya bercerai, suami saya tak pernah memberi nafkah dan menelantarkan anak-anaknya. Saya juga tidak tahu dimana keberadaan dia (mantan suaminya, red),” ujar Andi Besse.
Sang ibu mengakui, jika suaminya tega menelantarkan anak dan istrinya tersebut, diduga karena malu memiliki anak penyandang disabilitas.
Bocah Amin Syam adalah anak kedua dari bersaudara. Ia menumpang di rumah kakaknya yang sudah bersuami.
LIHAT JUGA:
VIDEO: Bocah Difabel Luwu Utara Ditinggal Ayahnya Karena MaluÂ
Kini, meski bocah Muh Amin Syam memiliki keterbatasan fisik, kaki dan tangan kirinya tidak utuh, tetapi semua itu tak membuatnya patah semangat. Ia tetap rajin bersekolah. Ia juga rajin dan aktif berolahraga.
Menjadi seorang penderita disabilitas, tak pernah menyurutkan niat Muh Amin Syam untuk tetap semangat menjalani hidupnya. Ia giat menuntut ilmu, membantu orang tuanya, bahkan melakukan aktivitas olahraga, seperti main bola, bulu tangkis, dan berenang.
Selain itu, Amin Syam tak pernah merasa tersisih dari pergaulan sehari-harinya dengan teman sebayanya.
Kaki palsu Amin Syam yang telah dipakai sampai berpuluh-puluh tahun tersebut, terpaksa dibalut dengan karet ban bekas untuk bisa digunakan beraktifitas.
“Kondisi ekonomi yang telah membuat saya tak mampu mengganti kaki palsu. Sehingga saya terpaksa mengikatnya dengan karet BAN bekas,” ujarnya. (rin)
Tinggalkan Balasan