Azan di 4 Penjuru dan Pelepasan Benih Ikan Gantikan Ritual Buang Kepala Kerbau Pada Acara Maccera Tasi di Luwu
BELOPA, TEKAPE.co – Prosesi ritual maccera tasi atau pesta laut di Kabupaten Luwu digelar berbeda dari sebelumnya.
Jika sebelumnya ada ritual pelarungan atau buang kepala kerbau ke laut, kali ini diganti dengan prosesi buang benih ikan ke laut dan kumandan azan di empat penjuru mata angin.
Prosesi Maccera Tasi atau pesta laut ini digelar dalam rangkaian Festival Keraton Nusantara (FKN) XIII Tana Luwu, di Pelabuhan Ulo-ulo, Dusun Bajoe, Desa Belopa, Kecamatan Belopa, Kabupaten Luwu, Selasa 10 September 2019.
Prosesi Maccera Tasi ini diikuti oleh puluhan raja dan sultan se nusantara, dari dalam negeri dan dari perwakilan luar negeri.
Prosesi ini Azan pada 4 penjuru mata angin dan pelepasan benih serta pakan ikan ini dimaksudkan sebagai wujud ucapan terima kasih dan rasa syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan keselamatan serta melimpahkan hasil tangkapan ikan kepada nelayan.
Prosesi Maccera Tasi ini dihadiri Datu Luwu La Maradang Mackulau Opu To Bau dan pemerintah setempat.
Prosesi sebelum sebar benih ikan ke laut dilakukan dengan cara perahu Datu Luwu (Pincara) mengelilingi tempat prosesi Maccera (Ance), berupa menara tempat melakukan Adzan sebanyak 3 kali putaran.
Setelah melakukan ritual, Datu Luwu dan rombongan menuju tempat untuk menjamu para raja dari nusantara dan raja atau sultan perwakilan dari luar negeri.
Bupati Luwu, Basmin Mattayang menjelaskan, prosesi Maccera Tasi tahun ini tidak jauh beda dengan prosesi biasanya. Hanya saja acara seperti melarungkan kepala kerbau ditiadakan, dan lebih kepada pelaksanaan syariat Islam.
“Inikan pesta keraton, tetapi sebenarnya Maccera Tasi ini seperti pelaksanaan kemarin-kemarin. Tidak ada bedanya. Hanya saja kalau biasanya kita laksanakan secara internal, sekarang ini ada tamu undangan pesta keraton. Sehingga kita perlihatkan itu yang terbaik untuk konsumsi para tamu-tamu kita,” jelas Basmin.
Sementara itu, Maddika Bua, Andi Saifuddin Kaddiraja, menjelaskan, prosesi Maccera Tasi adalah ungkapan rasa syukur atas reski dari laut, sehingga kewajiban manusia selalu mensyukuri nikmat yang telah diberikan.
Maddika Bua, menyampaikan, maccera bukan berarti darah. Tetapi maccera adalah ungkapan rasa syukur dan Tasi artinya laut.
Itulah menjadi landasan kenapa tidak lagi digunakan darah dalam artian memotong kepala kerbau.
Itu semua untuk mensyukuri nikmat yang diberikan dan dihindarkan dari perbuatan syirik
“Bukan berarti manusia menyembah kepada sesuatu, tetapi rasa terima kasih jika manusia mendapat reski dari sisi manapun,” jelasnya.
Jika ini tidak dilakukan, kata dia, maka manusia bisa saja menjadi sombong di muka bumi ini, sehingga tidak menghargai atau menghormati makhluk-makhluk tuhan yang lain. Inilah hakikat acara maccera tasi.
Scara ini juga diikuti sejumlah perwakilan dari kerajaan luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, Lebanon, Perwakilan Kerajaan Inggris, Australia, dan Amerika Serikat. (rin)
Tinggalkan Balasan