OPINI: Refleksi Hardiknas, Tantangan dan Hambatan
Oleh: Ebet Kristos
(Ketua PGRI Morut, dan Koordinator Pengawas Sekolah Kabupaten Morowali Utara)
TANGGAL 2 Mei 2022, ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Tantangan Pendidikan kita saat ini adalah munculnya berbagai perubahan/paradigma baru pendidikan yang membuat para guru yang saya mau katakan semakin terbeban.
Walaupun sejak tahun 2019 sejalan dengan masa Pandemi Covid-19 Muncul program pendidikan yang istilahnya dengan “Merdeka Mengajar”, sebuah konsep, dimana guru tidak fokus dengan administrasi pembelajaran!
Namun di balik “Merdeka mengajar” banyak tantangan dan hambatan yang pasti sudah dan akan dialami oleh guru. Jangan heran, jika saat ini guru kebingungan, entah start, ending, dan finish-nya dimana?
Apa kompleksitasnya masalahnya? (1) pendidikan saat ini berbasis digitalisasi, sementara sarana pendudungnya sangat lemah, (2) Ekonomi orang tua peserta didikpun belum sapat mendukung pembelajaran berbasis digital.
(3) sosialisasi perubahan dan perkembangan pendidikan tidak mereta bagi semua guru oleh karena faktor program dan pembiayaan, (4) sekolah, kepala sekolah, dan guru dikirimi regulasi-regulasi pendidikan tanpa ada sosialisasi dan pemahaman, agar substansi regulasi tersebut terpahami untuk dijalankan.
(5) Keharusan mengikuti Program sekolah penggerak dan Guru penggerak, namun syarat Sekolah, Kepala, Sekolah, dan Guru menjadi penggerak belum terpenuhi, (6) Kekurangan kebutuhan pendidik dan tenaga kependidikan yang masih sangat dibutuhkan, (7) sementara sekolah dihadapkan pada penerapan Kurikulum Merdeka, dengan berbagai pengembangannya, yang menuntut kreatifitas dan inovatif, pendidikan dihadapkan.
Belum lagi hasil survei PISA, Word Bank, dan yang lain, yang menempatkan Indonesia di urutan 62 dari 64 negara di Asia. Sementara itu, menurut Majalah TIMSS bahwa kualitas pendidikan negeri ini ada pada peringkat ke-38 dari 42 negara yang disurvei.
Sementara, dalam pengambilan kebijakan2 program pendidikan utamanya didaerah-daerah muncul dengan sendirinya, yang menurut saya adalah sebuah “Dogma” mengapa?
Karena pelaku pendidikan dibarisan terdepan, jarang dimintai saran dan pendapat, atau duduk bersama untuk merumuskan program pendidikan berdasarkan Problem solving dengan dasar pertanyaan What, Who, When, Why, Where, dan How.
Kita ketahui bahwa, mitra pemerintah dalam membantu memecahkan masalah pendidikan itu: Ada pengurus2 Dewan Pendidikan, PGRI, APSI, MKKS, K3S, MGMP, dan KKG. Jika ini berjalan dan saling memberdayakan niscaya harapan itu akan tercapai. (*)
Tinggalkan Balasan