Miris, Sepasang Pasutri Paruh Baya Miskin di Pekon Kediri Perlu Perhatian Pemerintah
PRINGSEWU, TEKAPE.Co – Prinsipnya, kemiskinan bisa dilihat dari situasi yang serba kekurangan. Biasanya itu terjadi bukan karena dikehendaki oleh orang miskin tersebut, melainkan karena tidak bisa dihindari dengan kekuatan yang dimilikinya. Bahkan, Pemikiran mengenai kemiskinan berubah sejalan dengan berjalannya waktu, tetapi pada dasarnya berkaitan dengan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan.
Kemiskinan juga dapat dibedakan melalui perbandingan dengan suatu ukuran tertentu atau dengan anggota/kelompok masyarakat lainnya. Sedangkan, ukuran kemiskinan relatif dengan membandingkan dengan jumlah keseluruhan kelompok untuk mengetahui besarnya kesenjangan.
Untuk itu, konsep kebijakan yang digunakan pemerintah dalam program pengentasan kemiskinan dapat dibedakan berdasarkan tradisi dan pendekatan perencanaan yang melandasinya misalnya, Evaluasi terhadap program pengentasan kemiskinan diantaranya dapat dilakukan terhadap pendekatan perencanaan.
Sementara itu, program pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Langsung Tunai (BLT) Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), dan Program Bantuan lainnya sudah berjalan.
Tetapi, apa yang terjadi selama ini termasuk berbanding terbalik bisa dikatakan sedikit tak sesuai target.
Sebagai contoh yang terjadi di Pekon Kediri, Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu Lampung.
Sepasang paruh baya berstatus Suami Istri (Pasutri) bernama Sipon (67) dan Painem (60) mengaku sudah lama tidak tersentuh bantuan apapun dari pemerintah. Pengakuan tersebut diutarakannya saat awak media ini mendatangi kediamannya, Rabu (11/8).
Mereka menjelaskan bahwa pernah mendapat bantuan dari pemerintah berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT), itupun hanya tiga kali disalurkan kepadanya.
Sementara itu, kartu BLT yang diberikan kepadanya diambil kembali oleh pihak pamong setempat dengan alasan perbaikan data, tetapi hingga sekarang kartu yang dimaksud tidak juga dikembalikan.
” Disini orang yang dapat bantuan rata-rata orang yang tergolong mampu, termasuk orang yang sudah kaya, “dijelaskan Sipon menggunakan bahasa Jawa.
Menurutnya, mencari nafkah dimasa pandemi covid-19 ini teramat sulit. Terlebih lagi usianya terbilang tua renta dan sudah loyo sehingganya sudah tidak mampu lagi untuk melakukan pekerjaan berat.
” kalo dulu pekerjaan saya sering di jadi buruh, termasuk kerja di bangunan, tetapi, usia saya yang sudah sangat tua dan sudah loyo ini tidak ada lagi yang mau menggunakan tenaga saya untuk bekerja, “ucap Sipon masih menggunakan bahasa daerahnya.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya istri dan satu cucu yang tinggal bersamanya, Sipon mengatakan hanya mengandalkan penghasilan dari kerajinan tangan jenis tampah anyaman bambu.
“lumayan pak bikin anyaman tampah bisa dijual untuk beli beras, maksimal sehari bisa dapat 5 biji, “ungkap Sipon.
Sipon berharap dimassa sulit seperti sekarang, ada orang yang berbuat baik tulus membantu beban hidupnya dan keluarga.
Hingga berita ini ditayangkan, kepala Pekon setempat sedang berusaha untuk dikonfirmasi wartawan ini. (Davit)
Tinggalkan Balasan