Lestarikan Budaya di Tana Luwu, Yayasan Pati Paressa Gandeng ESART
PALOPO, TEKAPE.co – Yayasan Pati Paressa Malangke, menggandeng Lembaga Kursus dan Pendidikan Bahasa Inggris Esart Passion Pursuer Palopo, untuk melestarikan adat budaya di Tana Luwu.
Salah satu bentuk kerjasama kedua lembaga itu adalah memadukan aspek budaya dalam setiap proses pembelajaran di ESART.
Juga akan berkolaborasi dalam beberapa kegiatan budaya yang akan digelar kedepan.
Ketua Yayasan Pati Paressa Malangke, Abidin Arief SH, dalam keterangan tertulisnya, mengatakan, pengenalan adat budaya penting ditanamkan kepada generasi muda di segala aspek. Sebab saat ini, nilai-nilai budaya sudah nyaris hilang.
“Seiring berkembangnya zaman, maka semakin berkembang pula teknologi dan hal tersebut. Kondisi ini membuat kita lupa akan jati diri kita. Untuk membentengi itu, maka penting untuk menanamkan budaya sebagai identitas kita,” jelas Abidin, yang juga Pemegang Mandat Adat Pancai Pao.
Abidin mengatakan, dalam pengembangan adat budaya ini, pihaknya akan banyak melibatkan mahasiswa dan anak muda yang punya ketertarikan dengan budaya.
“Yayasan ini baru terbentuk. Memang dibuat untuk konsen di bidang budaya. Kedepan, kita akan banyak melibatkan adik-adik mahasiswa dan pemuda dalam menjalankan program kita,” ujarnya.
Sementara itu, Foundar ESART, Alam Hidayat, mengatakan, pihaknya siap berkolaborasi dalam melestarikan adat budaya di Tana Luwu.
Apalagi, kata dia, di era sekarang ini, industri dunia sudah memasuki industri 4.0, yang dimana semua serba berbahasa Inggris. Apalagi sekarang banyak warga asing yang masuk ke Indonesia.
“Untuk itu, sebagai langkah taktis yang kami tempuh, akan memperhatikan budaya dan mencoba mempertahankan dan mengembangkan budaya dengan menggunakan bahasa Inggris,” ujarnya.
Ia mengatakan, lima tahun kedepan, Tana Luwu ini bisa jadi akan kebanjiran orang asing, dengan banyaknya perusahaan multinasional yang masuk. Sehingga dibutuhkan generasi muda yang mampu berbahasa Inggris dan punya benteng budaya yang kuat.
“Hari ini saya berbicara tentang Palopo 5 tahun kedepan, yang tidak menutup kemungkinan akan kebanjiran wisata, sehingga hal ini menjadi celah dan langkah awal untuk mempersiapkan mental dan pengetahuan masyarakat tentang budaya dan bahasa Inggris,” kata Alam, yang juga aktivis HMI Palopo itu.
Jika kondisi ini terjadi, lanjut dia, maka warga Kota Palopo diharapkan dapat mampu menjelaskan tentang budaya Tana Luwu dengan menggunakan bahasa Inggris.
“Sekarang, pemuda adalah penggerak untuk pembangunan wilayah. Saya sebagai pemuda dan Pendiri Lembaga Kursus Pendidikan Bahasa Inggris Esart Passion Pursuer, melihat inilah langkah awal yang tepat untuk menjaga dan merawat budaya,” ujarnya. (*)
Tinggalkan Balasan