Mukanya Terbakar Saat Main ‘Baraccung’, Murid SD di Lutra tak Mampu Berobat ke Dokter
MALANGKE, TEKAPE.co — Seorang murid SD di Luwu Utara, Mardal (12), warga Desa Waetuo, Kecamatan Malangke Barat, Kabupaten Luwu Utara (Lutra), bagian wajahnya hangus terbakar.
Ia terbakar setelah terkena cairan spiritus saat bermain meriam tradisional atau ‘baraccung‘ bersama temannya, Kamis 21 Mei 2020, malam lalu, di Dusun Lettekeng, Desa Arusu, Kecamatan Malangke Barat.
Hanya saja, hingga kini, anak yang beranjak remaja itu tak mendapat perawatan medis dari dokter. Orang tua hanya memilih mengobati wajah anaknya dengan obat kampung. Sebab ia mengaku tak mampu membayar biaya pengobatan di dokter.
Jangankan untuk membeli obat, untuk memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari saja sudah susah terpenuhi.
Mardal, putra dari pasangan Uda’ dan Arjuna itu telah lama ditinggal sang ayah. Ia kini tinggal bersama ibunya, Uda’.
Mardal bersama sang ibu tinggal di Desa Waetuo Kecamatan Malangke Barat. Untuk bertahan hidup, sang ibu kerja serabuta. Ia hidup bersama 3 putranya di sebuah rumah yang terkesan kumuh dan reok.
Mardal merupakan anak kedua dari Uda, yang tengah menempuh pendidikan kelas 6 SDN, di salah satu sekolah di Malangke Barat.
Kesehariannya, selain sekolah, ia juga membantu ibunya kerja serabutan.
“Setiap pulang sekolah, saya membantu ibu bekerja. Ikut dros jagungnya orang. Biasa juga bantu panen di kebun orang, baru kita digaji,” ujar Mardal, Kamis 28 Mei 2020.
Dari informasi yang dihimpun, Mardal termasuk anak yang cukup cerdas di sekolah. Ia juga rajin sekolah, mengaji, dan membantu ibunya.
“Saya ingin melanjutkan sekolah saya di SMP. Saya bercita-cita ingin jadi hafiz Qur’an, guru mengaji di kampung,” ucapnya.
Kini, Mardal terancam mukanya rusak jika tak segera diobat. Sebab cairan spritus yang dituang ke kaleng itu terbakar dan meluap, sehingga mengenai wajahnya.
Tak sampai disitu, karena panik, temannya membuang spiritus ke arah belakang dan kembali mengenai bagian wajah, hingga telinga Mardal.
Beruntung, saat itu rambutnya dalam keadaan basah, sehingga api tidak membakar bagian kepala.
“Meluap apinya, makanya nakenna muka ku. Baru pas dibuang spiritus ke belakang, nakenna lagi muka’ ku, sampai telinga. Untung rambut ku basah, makanya tidak na bakar kepala ku. Seandainya tidak basah, habis rambut sama kepalaku juga,” terang Mardal.
Baraccung adalah permainan tradisional anak-anak di kampung, khususnya di Sulsel, utamanya saat malam lebaran. Baraccung dulunya terbuat dari bambu. Namun sekarang dibuat dari kaleng dan botol bekas.
Kini Mardal sudah tidak bisa membantu ibunya lagi mencari uang dan biaya untuk melanjutkan pendidikannya.
Bagi yang ingin membantu bocah Mardal, dapat mengunjungi rumahnya atau menyalurkan donasi ke Rekening BRI 501401004056508 An Muh Bebi Hamsir. (rindu)
Tinggalkan Balasan