Dikeluhkan Pedagang, Penyortiran Beras di Bulog Belopa Diduga Dimainkan
LUWU, TEKAPE.co – Pedagang beras asal Luwu dan Wajo mengeluhkan penyortiran beras di Gudang Bulog Pammanu, Belopa Utara, Kabupaten Luwu.
Pedagang menduga, pemeriksaan kualitas beras tidak sesuai prosedur.
Beras yang diperiksa dari karung per karung, diduga dimainkan oknum petugas Bulog.
Bahkan, dikabarkan, sampel beras yang diambil per karung sampai setengah kilogram hingga 1 kilogram (Kg).
Salah seorang pedagang beras atau mitra Bulog asal Luwu, Rudi, mengaku kecewa lantaran saat pemeriksaan kualitas beras, diduga tidak sesuai prosedur, karena pengambilan sampel dengan cara digancu (macucu), dilakukan berulang kali diduga bisa berkurang sampai 1 kg.
“Bahkan beras yang sudah dinyatakan Tidak Memenuhi Syarat (TMS), tapi tetap dilakukan pengambilan sampel untuk pemeriksaan kualitas beras. Kami tidak maslah kalau memang di tolak atau TMS, tapi kenapa masih disortir bahkan beras berkurang sampai 1 kilogram itu yang kami sayangkan,” tandasnya.
Hal yang sama juga dialami oleh pedang asal Wajo. Ia menduga penyortiran beras di Gudang Bulog, patut dicurigai tidak sesuai prosedur.
“Kami harap agar kepala Gudang ini agar di tindak tegas, kalau begini terus tentunya kami sebagai mitra akan merugi,” tandasnya.
Di samping itu, diduga pengambilan sampel beras atau hasil sortiran kemudian dikumpulkan dan dimasukkan di pengadaan, kemudian dijual kembali.
Menanggapi hal itu, Kepala Gudang Bulog, Rifianti Rasyid, yang dikonfirmasi, menyampaikan, menurutnya itu tidak benar.
Menurut dia, penyortiran atau pengambilan sampel beras itu kurang lebih 200 gram per karungnya, tidak sampai 1 kg.
“Saya sampaikan bahwa itu tidak benar, kalau kami sortir beras sampai 1 kg per karung. Sortiran kami ambil hanya kurang lebih 200 gram saja,” ujarnya.
Ia menjelaskan, kalau penyortiran itu hanya untuk pengambilan sampel beras, tidak lebih dari itu, kalaupun ada lebihnya akan dikembalikan ke mitra.
“Itu hanya pengambilan sampel beras, dan kalaupun ada lebihnya, kami kembalikan ke mitra, tapi sebagian mitra memberikan beras hasil sortir tersebut kepada buruh untuk dibelikan air minum,” kilahnya.
Rifianti, menegaskan, soal beras yang sudah dinyatakan TMS kemudian disortir lagi, itu tidak benar.
“Itu tidak benar beras yang sudah dinyatakan TMS itu disortir lagi. Cara pengambilan sampel beras itu dilakukan secara acak dan selanjutnya tetap kami lakukan sortir karung per karung,” jelasnya. (ham)
Tinggalkan Balasan