Tekape.co

Jendela Informasi Kita

Sisi Lain HUT ke-50, PKL Sorowako Bergeliat Tanpa Sentuhan Langsung PT Vale

Pameran foto dalam rangka HUT ke-50 PT Vale di Lapangan Sorowako, Sabtu 28 Juli 2018. Pameran itu menampilkan foto-foto sejarah dan aktivitas penambangan sejak awal penelitian tahun 1966 hingga sekarang. (Foto: Sudirman Saputra/Tekape.co)

PALOPO, TEKAPE.co – Cerita tentang Sorowako, yang banyak berubah karena menjadi pemasok 5 persen kebutuhan nikel dunia, membuat kami terpanggil untuk melihat langsung keadaan sekitar tambang, yang kebetulan saat ini, PT Vale Indonesia Tbk (dulu PT Inco) telah genap berusia 50 tahun. Waktu yang cukup dewasa untuk membangun ‘keluarganya’ (baca, lingkar tambang).

Laporan: Sudirman Saputra

Sore itu, kendaraan kami ‘nyasar’ ke kompleks perumahan PT Vale Indonesia Tbk, Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulsel.

Tampak Sunyi. Sempat keliling dalam areal perumahan hingga mendapati area perkantoran. Namun tak satu pun orang yang bisa ditemui untuk bertanya. Hanya satu dua kendaraan yang melintas.

Beruntung, ada google map yang bisa membantu. Magrib, kami pun tiba di Masjid Al Ikhwan Sorowako. Cukup mewah.

Usai salat, kami pun mencari warkop untuk menikmati kopi, plus makan malam. Warkop pun sepi. Tak satupun pengunjung. Hingga kami pulang, hanya dua orang yang datang, Jumat 27 Juli 2018, malam.

Jumat malam itu, tak ada keramaian. Padahal besoknya, Sabtu 28 Juli 2018, merupakan puncak peringatan HUT ke-50 PT Vale Indonesia Tbk.

Usai magrib dan menemukan penginapan, kami pun bergegegas masuk kembali ke area perkantoran PT Vale. Disana kami mencari mess. Sempat berkeliling dan sedikit nyasar, hingga akhirnya menemukan mess atau penginapan.

Disana juga tampak sunyi. Hanya ada satu orang penjaga. Pada dinding informasi, tertulis ada sejumlah tamu VIP dan tamu lainnya, termasuk tamu puluhan wartawan dan artis Cita Citata. Namun mereka tinggal di kompleks perumahan perusahaan.

Mess PT Vale Indonesia Tbk.

PT Vale (dulu bernama PT Inco) ‘lahir’ tepat 25 Juli 1968, 50 tahun silam. Keberadaannya banyak mengubah wajah Sorowako. Mulai dari gedung mewah, sekolah bertaraf internasional, hingga bandara. Namun, tak banyak menyentuh langsung masyarakat sekitar, utamanya pedagang kaki lima (PKL).

Jika dibanding dengan omset PT Vale, PKL di sekitar sudah harus banyak mendapat pembinaan khusus dan bantuan modal. Dari situs resmi PT Vale, mengumumkan jika di triwulan kedua 2018, penjualan mencapai AS$204,2 juta atau Rp2,944 triliun (kurs Rp14.418) dari produksi nikel dalam matte sebesar 18.893 metrik ton.

PKL masih mandiri. Mereka masih mengandalkan modal dan kemampuan sendiri. Bergeliat tanpa bantuan langsung dari perusahaan beromset puluhan kali lebih besar dari APBD Luwu Timur.

“Tempat ini kami bangun sendiri, modal juga demikian,” kata seorang perempuan paruh baya, yang menjual sarabba di antara puluhan penjual di sekitar masjid Al Ikhwan.

Tempat nongkrong di Sorowako itu tak begitu ramai di awal malam. Pengunjung mulai beranjak pulang seiring pergeseran jarum jam ke angka 12, yang saat itu bertepatan dengan gerhana bulan.

Paginya, di sudut pasar tradisional di Sorowako, kami mencoba menikmati gado-gado. Penjualnya suami istri. Ia mengaku, sudah sekitar lima tahun menjual gado-gado di tempat itu.

“Kalau bantuan modal usaha dari PT Vale, nggak ada, mas. Kalau modal, yah, bank yang ngasi,” cetus pria paruh bayah itu, yang mengaku akrab dipanggil Mas Gado-gado.

“Nama saya terlalu keren mas, untuk sekelas penjual gado-gado. Nama saya Alex, tapi dikenal Mas Gado-gado,” katanya, sambil tertawa.

Sang istri mengaku, omsetnya lumayan setiap hari. Bisa laku 50 hingga 100 bungkus. “Itu kalau tanggal baru, namun jika tanggal tua seperti ini, sangat sulit. Makanya, kami biasa memilih libur menjual jika tanggal tua,” cetusnya.

Penjual nasi goreng, yang ikut nimbrung di obrolan dengan penjual gado-gado mengaku, tak pernah mendapat bantuan modal dari PT Vale. “Yang kasi modal itu, yah bank. Tapi tak lama lagi, kita akan banyak menerima sedekah dari parpol. Sudah masuk momen nyaleg,” candanya, sambil tertawa terbahak.

HUT ke-50 tahun PT Vale, tak ada yang istimewa dirasakan masyarakat sekitar. Mereka hanya berharap dari banyaknya orang datang dan belanja di sana.

Selain dari sisi geliat ekonomi, ketimpangan bisa dilihat dari pembangunan infrastruktur di wilayah kecamatan Nuha. Khususnya di sebelah Danau Matano.

Jalan yang menghubungkan dengan Kabupaten Morowali Utara, Sulteng, cukup parah. Jalan puluhan kilometer penuh lumpur. Bak kubungan kerbau saat musim hujan.

Padahal, dalam UU nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas, dan PP nomor 47 tahun 2012 tentang tanggung jawab sosial perseroan terbatas, telah mengatur bagaimana agar perusahaan mengeluarkan tanggungjawab sosial terhadap masyarakat yang terkena dampak.

Perusahaan diminta untuk mengeluarkan 4-5 persen keuntungan perusahaan, melalui program Corporate Social Responsbilty (CSR) terhadap masyarakat yang berdampak langsung dari kawasan operasional perusahaan.

Tehnis penyalurannya bisa melalui komunitas, ormas, dan atau badan hukum lainnya. Bila CSR itu terkait dengan non fisik, maka bisa dikerjasamakan dengan lemabaga non profit. Tetapi jika program itu terkait dengan Fisfra, maka harus lembaga berbadan hukum profit.

Terkait dengan bantuan modal usaha, bisa melalui kelompok atau perseorangan. Sebab setelah mereka dibantu modal usaha, maka biasanya diikutkan pembinaan dan pelatihan bagi yang mendapat bantuan modal usaha oleh tim implementor CSR.

Usai bincang dengan beberapa warga sekitar, kami pun menuju ke kantor External Relations & Corporate Affairs PT Vale, namun kantor terkunci. Mungkin semua sibuk mempersiapkan ulang tahunnya.

Untuk diketahui, dikutip dari laman Wikipedia, Sorowako adalah nama desa di kecamatan Nuha, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Berada di ketinggian ± 1388 kaki dpl. Desa-desa di sekitar Sorowako yang termasuk dalam Kecamatan Nuha adalah Desa Nuha, Desa Matano, Desa Magani, dan dusun di sekitarnya antara lain Pontada, Salonsa, Old Camp, dan Lawewu.

Sekarang, area Sorowako sudah berkembang dan dipecah menjadi 3 desa, yaitu desa Sorowako, kelurahan Magani, dan desa Nikkel.

Di sekitar Sorowako terdapat 3 buah danau yang terkenal, yakni Danau Matano yang Sorowako berada persis di pinggirnya, Danau Mahalona dan Danau Towuti. Ketiga danau tersebut dihubungkan oleh sungai Larona dan bermuara di Malili, ibukota Kabupaten Luwu Timur. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini