Tekape.co

Jendela Informasi Kita

Belasan Warga Terluka Pada Eksekusi Tongkonan Ka’pun, Rumah Adat Berusia 300 Tahun Kini Rata Tanah

Eksekusi Tongkonan Ka'pun, rumah adat berusia tiga abad, di Kecamatan Kurra, Tana Toraja, Jumat siang, 5 Desember 2025. (ist)

TANA TORAJA, TEKAPE.coKetegangan pecah di Kecamatan Kurra, Tana Toraja, Jumat siang, 5 Desember 2025.

Eksekusi Tongkonan Ka’pun, rumah adat berusia tiga abad, berubah menjadi bentrokan terbuka antara aparat keamanan dan rumpun keluarga yang menolak penggusuran.

Sejak pagi, puluhan anggota TNI, Polri, dan Satpol PP telah mengepung kawasan tongkonan. Upaya negosiasi tak berlangsung lama.

Ketika alat berat mulai mendekat ke lokasi, keluarga pemilik tongkonan membentuk barikade manusia, menolak bangunan keramat itu disentuh.

Situasi mendadak memanas. Dari rekaman siaran langsung berbagai akun Facebook warga, terlihat keributan pecah saat aparat berusaha menembus kerumunan.

Gas air mata ditembakkan. Peluru karet juga dilepaskan untuk membubarkan massa.

Belasan Warga Terluka

Dalam kekacauan itu, belasan warga dilaporkan mengalami luka tembak peluru karet.

Beberapa di antaranya mengalami cedera di kepala, lengan, dan kaki akibat proyektil maupun serpihan logam.

Anak-anak dan orang tua ikut terdampak gas air mata, sebagian mengalami sesak napas dan terpaksa berlindung di dalam rumah.

Akses evakuasi menuju tongkonan sempat tertutup karena kepulan gas air mata yang terus menyelimuti kawasan.

Tim medis yang disiagakan di sekitar lokasi tak bisa menembus area eksekusi karena dianggap terlalu berisiko.

Hingga sore hari, aparat memperluas perimeter pengamanan. Tongkonan Ka’pun, yang selama ratusan tahun menjadi simbol keberlanjutan rumpun keluarga, telah rata dengan tanah.

Ketegangan sejatinya sudah terlihat sejak dini hari. Sebuah ekskavator yang disiapkan untuk eksekusi dilaporkan dibakar orang tak dikenal (OTK).

Polisi belum mengungkap identitas pelaku maupun motif pembakaran tersebut.

Sementara itu, pihak kepolisian belum memberikan keterangan resmi terkait jumlah korban atau prosedur penggunaan kekuatan selama eksekusi berlangsung.

Di lokasi, keluarga korban masih bertahan. Mereka menyebut keputusan eksekusi sebagai bentuk “penghancuran sejarah leluhur” yang sulit diterima akal sehat.

Hingga berita ini disiarkan, aparat masih berjaga ketat di sekitar area bekas Tongkonan Kapun. (Erlin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini