Tekape.co

Jendela Informasi Kita

Petani Bone Lemo Terapkan Teknologi IoT untuk Hadapi Panas Ekstrem

Tim Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Universitas Cokroaminoto Palopo (UNCP) yang terdiri dari Nuur Insan Tangkelangi, S.Pd., M.Pd, M.Tesol, Sukmawati, S.Pd., M.Pd, Rosmiati, S.Pd., M.T, bersama sejumlah mahasiswa, memperkenalkan teknologi Sistem Fertigasi dan Sirkulasi Udara Otomatis berbasis Internet of Things (IoT). (ist)

LUWU, TEKAPE.co – Dalam beberapa bulan terakhir, petani di Desa Bone Lemo, Kecamatan Bajo Barat, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, menghadapi tantangan serius akibat panas matahari yang semakin ekstrem.

Suhu tinggi dan cuaca tidak menentu menyebabkan bibit rusak, pertumbuhan tanaman terhambat, dan produktivitas menurun. Kondisi ini membuat usaha tani di desa tersebut berada dalam tekanan berat.

Untuk menjawab persoalan itu, tim Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Universitas Cokroaminoto Palopo (UNCP) yang terdiri dari Nuur Insan Tangkelangi, S.Pd., M.Pd, M.Tesol, Sukmawati, S.Pd., M.Pd, Rosmiati, S.Pd., M.T, bersama sejumlah mahasiswa, memperkenalkan teknologi Sistem Fertigasi dan Sirkulasi Udara Otomatis berbasis Internet of Things (IoT).

Tim Programtim Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Universitas Cokroaminoto Palopo (UNCP), memperkenalkan teknologi Sistem Fertigasi dan Sirkulasi Udara Otomatis berbasis Internet of Things (IoT).

Sistem Fertigasi Cerdas Berbasis IoT

Sistem fertigasi ini dilengkapi sensor untuk mendeteksi kedalaman air yang mengandung nutrisi bagi tanaman, serta memantau suhu lingkungan di dalam greenhouse. Semua sensor terhubung dengan mikrokontroler Arduino Uno.

Melalui teknologi ini, kondisi air dapat dipantau secara real-time lewat smartphone. Jika kadar air menurun atau berada di luar batas optimal, sistem secara otomatis melakukan pengisian ulang.

Sirkulasi Udara Otomatis untuk Greenhouse

Selain fertigasi, sistem juga dilengkapi sirkulasi udara otomatis. Sensor suhu dan kelembaban akan mengaktifkan blower secara otomatis saat suhu di dalam greenhouse melebihi 30°C. Blower tersebut berfungsi mengeluarkan udara panas sehingga iklim mikro lebih stabil dan tanaman tidak mudah layu akibat suhu tinggi.

Pelatihan dan Pendampingan Petani

Setelah peralatan selesai dipasang, tim PKM melakukan pelatihan serta pendampingan agar petani mampu mengoperasikan dan merawat teknologi ini secara mandiri. Dengan begitu, sistem tidak hanya menjadi proyek sementara, tetapi benar-benar bisa mendukung keberlanjutan usaha tani di Bone Lemo.

Kepala Desa Bone Lemo, Baso, S.H., menyambut baik penerapan teknologi ini.

“Selama ini, panas ekstrem sering membuat tanaman cepat layu dan gagal panen. Dengan adanya sistem fertigasi dan sirkulasi udara otomatis ini, kami berharap petani lebih siap menghadapi perubahan iklim yang tidak menentu. Program seperti ini perlu terus dikembangkan,” ujarnya.

Ketua Kelompok Tani Bone Lemo, Harun, juga menyampaikan harapannya.

“Kami senang mendapat pendampingan dan pelatihan penggunaan teknologi ini. Bagi kami, ini bukan sekadar alat baru, tapi jalan agar tetap bisa bertani meski cuaca tidak mendukung,” katanya.

Menuju Pertanian Presisi yang Adaptif Iklim

Pendekatan dalam program ini tidak hanya fokus pada instalasi alat, tetapi juga membangun kapasitas petani dalam mengelola sumber daya pertanian secara lebih cerdas.

Melalui integrasi teknologi fertigasi, sirkulasi udara otomatis, dan strategi pemasaran hasil panen, Bone Lemo diharapkan menjadi percontohan pertanian presisi berbasis IoT yang mampu beradaptasi dengan iklim ekstrem.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini