Tekape.co

Jendela Informasi Kita

Debat Pilkada Palopo Memanas, Andi Tenri Karta Soroti Naili ‘Lempar Mikrofon’ ke Ome

Saat calon Wali Kota nomor urut 4, Naili Trisal menyerahkan giliran berbicara kepada pasangannya, calon wakil wali kota Akhmad Syarifuddin alias Ome. (ist)

MAKASSAR, TEKAPE.co – Isu kekerasan terhadap perempuan dan anak mencuat dalam debat kandidat Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada Palopo yang digelar di Hotel Claro Makassar, Sabtu malam 17 Mei 2025.

Calon Wakil Wali Kota nomor urut 3, Andi Tenri Karta, melontarkan pertanyaan tajam kepada calon Wali Kota nomor urut 4, Naili, soal langkah konkret yang akan ditempuh untuk menekan kekerasan terhadap kelompok rentan itu di Palopo.

“Maraknya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Palopo menjadi perhatian serius. Apa langkah ibu sebagai calon wali kota untuk menanggulanginya?” tanya Andi Tenri kepada Naili.

BACA JUGA: Tampil Tunggal Tanpa Putri Dakka, HB Apresiasi Naili di Sesi Debat PSU Pilwalkot Palopo 2025

Naili menjawab, pihaknya akan mengedepankan pendekatan edukatif dan sosialisasi sebagai upaya pencegahan.

“Kami akan melakukan sosialisasi secara intensif kepada masyarakat mengenai dampak buruk kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan,” ujarnya.

Namun, belum selesai memaparkan strateginya, Naili menyerahkan giliran berbicara kepada pasangannya, calon wakil wali kota Akhmad Syarifuddin alias Ome.

BACA JUGA: Debat Pilkada Palopo: RMB-Tenri Usung Strategi Penurunan IRB Lewat Kolaborasi dan Infrastruktur

Ome menegaskan bahwa akar persoalan kekerasan sering kali terletak pada minimnya pemahaman masyarakat.

Menurutnya, peningkatan edukasi publik menjadi salah satu kunci penanganan jangka panjang.

Langkah Naili yang melempar mikrofon ke wakilnya memantik respons kritis dari Andi Tenri Karta.

Ia menilai Naili tidak cukup tegas dan meyakinkan dalam menangani isu yang sangat berkaitan dengan kepemimpinan seorang perempuan.

“Terus terang saya lebih berharap jawaban datang langsung dari Ibu Wali Kota, karena ini menyangkut isu perempuan. Bukan wakilnya,” kata Tenri Karta menegaskan kekecewaannya.

Ia pun menambahkan bahwa penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak tidak cukup hanya dengan edukasi, tetapi perlu melibatkan lembaga-lembaga pendamping seperti LSM, lembaga perlindungan perempuan dan anak, serta penguatan upaya pencegahan pernikahan dini.

Debat ini menjadi salah satu momentum penting dalam PSU Pilkada Palopo, mengingat isu perlindungan terhadap perempuan dan anak semakin mendesak untuk ditangani secara serius dan berkelanjutan.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini