Rasa Panik Terus Menghantui, Corona Tetap Terlihat Sebagai Aib
PALOPO, TEKAPE.co – Selain ketakutan penularan Covid-19 dari pasien yang sudah positif terpapar, sikap masyarakat yang menganggap penyakit ini sebagai aib juga menjadi momok yang sangat menakutkan, yang dialami pasien, keluarga pasien, hingga warga sekitar yang berada di sekitar tempat tinggal pasien.
Hal ini kembali dialami oleh pasien positif COVID-19 pertama di Palopo, yang korbannya berinisial HY (28), yang tinggal di rumah kerabatnya di Kelurahan Luminda, Kota Palopo, Sulawesi Selatan.
Karena hal tersebut, pasien, keluarga pasien, dan warga Kelurahan Luminda kena dampaknya. Dengan berbagai alasan, banyak di antara mereka dikucilkan, digosipi, bahkan hingga di pecat dari tempat dimana mereka bekerja.
Sikap tidak dewasa yang ditunjukkan sekelompok warga sangat disayangkan Ketua RW Kelurahan Luminda, Masgar Mase. Lewat akun Facebook Fajar Mandong, Ketua RW Luminda, Masgar Mase mencurahkan isi hatinya.
“Masyarakat luminda yang tadinya menanggapi covid 19 dengan rileks tapi tetap mengedepankan kewaspadaan, hingga dampak covid tidak begitu terasa pada kami sebab kami masih bisa tetap beraktifitas seperti biasa walaupun tidak lagi seperti saat sebelum covid 19 mewabah di tanah air. Kami tetap berusaha mncari nafkah untuk menhidupi keluarga kami dengan tetap menjalankan himbauan pemerintah terkait pencegahan COVID-19.
Situasi berubah 180° saat adanya pasien yang merupakan warga pendatang di wilayah kami dan terkonfirmasi positif covid 19 yang mengakibatkan semuanya berantakan.
Kami sepertix dijust oleh sebagian masyrakat kota palopo seakan kami pembawa aib..kami semua di isolasi, kmi semua mndpatkn perlakuan yg tdk adil. Warga kami yang kebanyakan pekerja harian semua diberhentikan oleh majikan atau bosnya, yang tukang batu, kuli bangunan, pekerja toko, baby sister dll. Semuanha diberhentikan.
Ibu-ibu yang tadinya ramai menjual menu buka puasa untuk sekedar bisa menyambung hidup di bulan rhamadhan ini khususnya di sepanjang jalan Dr Ratulangi tidak lagi mendapatkan pembeli alias tidak laku lagi dagangannya, bahkan karyawan swasta dan PNS tiba-tiba dilarang dulu masuk kerja.
Ini baru hari ke3 sejak pasien tersebut terkompirmasi positif, bgmna kedepannya kami tak tahu. Miris memang, tapi kami tidak bisa berbuat banyak.
Kami mau mnjerit tapi apakah ada yang mau dengar, apakah ada yang prihatin, bahkan apakah ada yang percaya sementara mereka yanv seyogyanya punya wewenang dan kemampuan untuk itu tdk pernah lagi hadir ditengah-tengah kami melihat kondisi kami walau sekedar memberi semangat.
mereka ketakutan, hingga tak pernah ingat akan tanggung jawab sebagai pemimpin, atau ketakutannya telah mengalahkan tanggungjawabnya. Wallahualam.
Kami hanya bisa saling mensuport satu sama lain denga kemampuan yang masih tersisa.
Kami harus tetap tenang dan terus waspada kami tidak boleh down tetap semangat karena sesungguhnya kami bukan warga yang lemah, cengeng atau warga yg mudah putus asa, sambil brharap wabah ini segera berakhir dan bermohon sama Allah sang Khalik agar tetap memberi kami semua kekuatan untuk bisa melewati masa masa sulit ini. Aamiin Aamiin Aamin.” Masgar Mase, tulisnya. (Dikutip dari Akun FB Fajar Mandong).
Saat dihubungi awak media, dia berharap Pandemi Covid-19 ini dapat segera berakhir dan keadaan kembali normal.
“Terpapar Covid-19 bukan aib, jadi kami harap kedewasaan bersikap dari semua warga. Semoga keadaan ini cepat berlalu dan kita kembali hidup normal seperti dulu,” harapnya.
Selain Masgar Mase, beberapa warga Luminda juga menceritakan hal yang sama.
Seperti AS, melalui via telepon dia bercerita bahwa sejak kejadian tersebut, dirinya dirumahkan, dan di jauhi.
Begitu juga dengan KN (38) yang mengatakan bahwa sejak kejadian tempat usahanya tercatut di postingan orang dan tersebar, tokonya pun langsung sepi, “Mungkin sebaiknya saya tutup,” ucapnya. (*/Is)
Tinggalkan Balasan