Tekape.co

Jendela Informasi Kita

Pemkab Bulukumba Dorong Kualitas Perajin Lewat Pelatihan Membatik

Ketua Dekranasda Bulukumba Andi Herfida Muchtar bersama para instruktur, peserta, dan jajaran Disdagperin berfoto bersama usai pembukaan Pelatihan Membatik di Gedung PKK Bulukumba, Senin (8/12/2025). (Dok: Humas)

BULUKUMBA, TEKAPE.co – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bulukumba, melalui Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) menggelar Pelatihan Membatik bagi pelaku industri batik lokal.

Program yang untuk pertama kalinya diselenggarakan di Bulukumba ini berlangsung selama 12 hari, 8–20 Desember 2025, di Gedung PKK Bulukumba.

Sebanyak 30 perajin mengikuti pelatihan ini, sebagian besar berasal dari UMKM Batik Mawar di Kecamatan Bontomanai, yang menjadi salah satu embrio pengembangan batik daerah.

BACA JUGA: Delapan Madrasah Binaan Kemenag Sulsel Sabet Penghargaan Adiwiyata Nasional 2025

Kegiatan dibuka Ketua Dekranasda Bulukumba, Andi Herfida Muchtar, Senin (8/12/2025).

Hadir pula Asisten Perekonomian dan Pembangunan Muhammad Daud Kahal mewakili Bupati Bulukumba, Kepala Disdagperin sekaligus Ketua Harian Dekranasda Alfian.

Turut hadir tiga instruktur dari Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri dan Kerajinan Batik (BBSPJIKB) Yogyakarta.

BACA JUGA: Kuatkan Skill, Lutim Siap Cetak 200 Operator Alat Berat Bersertifikat SIO

Dalam sambutannya, Daud Kahal menyampaikan apresiasi terhadap penyelenggaraan pelatihan ini.

Ia menyebut kegiatan tersebut sebagai langkah akseleratif pemerintah daerah dalam memperkuat kapasitas pelaku usaha, terlebih Bulukumba merupakan salah satu tujuan wisata utama di Sulawesi Selatan.

“Dalam lima tahun terakhir, Kabupaten Bulukumba mencatat rata-rata 500–700 ribu kunjungan wisatawan per tahun. Perputaran ekonomi dari sektor pariwisata ini perlu didukung oleh hadirnya cinderamata khas seperti batik,” ujar Daud.

Sementara itu, Ketua Dekranasda Andi Herfida Muchtar menjelaskan, pelatihan ini menjadi bagian dari upaya memperkuat identitas batik Bulukumba.

Selama ini, motif khas Sulawesi Selatan banyak digunakan, namun sebagian besar produksi batiknya masih dilakukan di Jawa, terutama Yogyakarta.

“Kita ingin menghadirkan batik Bulukumba sebagai produk budaya sekaligus kebanggaan daerah. Melalui batik, kita menuliskan kisah tentang laut, budaya, hingga pinisi,” kata Herfida.

Ia menambahkan, pengembangan batik dipandang strategis karena berpotensi menggerakkan ekonomi lokal.

Dekranasda, kata dia, siap menjadi penghubung antara UMKM, pemerintah, dan mitra terkait untuk memastikan kualitas dan akses pasar yang lebih kuat.

Herfida juga berharap kehadiran instruktur dari Yogyakarta dapat mempercepat peningkatan keterampilan peserta.

Ia bahkan menargetkan Bulukumba dapat berkembang menjadi “Jogja Kedua” sebagai pusat produksi batik berkualitas.

Untuk memastikan capaian pelatihan sesuai harapan, ia meminta adanya laporan perkembangan harian selama program berlangsung.

Tiga instruktur dari BBSPJIKB Yogyakarta, Masiswo, Djoko Aryudar Romadhona an Tika Sulistyaningsih, memberikan materi teknis sekaligus pendampingan praktik intensif.

Melalui kolaborasi pemerintah daerah, Dekranasda, dan tenaga ahli, pelatihan membatik ini diharapkan menjadi investasi jangka panjang dalam meningkatkan mutu produk, memperluas pasar dan mengokohkan batik Bulukumba sebagai representasi budaya yang mampu bersaing secara nasional. (*/Sakril)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini