Gubernur Sulsel Siap Bantu Pemasaran Gula Semut Luwu
MAKASSAR, TEKAPE.co – Pemerintah Provinsi Sulawesi-Selatan berharap produksi dari Usaha Kecil dan Menengah semakin banyak demikian juga dengan kualitasnya semakin meningkat.
Pemerintah juga akan terus mensupport baik dalam pembinaan, serta termasuk bantuan untuk pasca produksi, seperti pemasaran.
Hal itu yang itu ditujukkan oleh Gubernur Sulsel, Prof. HM Nurdin Abdullah saat menerima Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Sepakat Desa Kaladi Darussalam, Kecamatan Suli Barat, Kabupaten Luwu, Asse S dan rombongan didampingi Anggota DPRD Sulsel asal Luwu, Fadriaty Asmaun.
Mereka memproduksi gula semut dengan merek GulaNA Professor. Dan mengundang Nurdin untuk melakukan lauching perdana di Luwu.
Setelah melihat kemasan produk dan juga mencicipi gula semut yang ada. Nurdin menilai bahwa kualitasnya telah layak untuk dipasarkan lebih luas bahkan hingga di eskpor.
“Saya suka sekali gula dan desain kemasannya, pemilihan warnanya juga bagus. Saya senang sekali dengan produk UMKM,” kata Nurdin Abdullah usai mencicipi.
Imbuhnya, bahwa pemasaran juga akan dibantu, termasuk dukungan dari Dinas Perdagangan Sulsel. Ia menyarankan jika diproduksi lebih besar lagi, agar mutu kualitas tetap dijaga.
“Kelemahan kita susah menjaga kualitas. Makanya harus standar apalagi kalau mau pasar keluar. Kalau mau di rest area juga bisa dipasarkan,” sebutnya.
Kepala Desa Kaladi Darussalam, Sukardi menjelaskan, bahwa warga desanya telah lama memproduksi jenis gula ini hanya saja memang masih dipasarkan secara terbatas. Terdapat 50 orang pembuat gula merah.
“Cuma tadi untuk gula semut masih susah dipasarkan. Untuk itu kami menghadap Pak Gubernur bagaimana jalan keluarnya agar bisa dipasarkan. Produksinya perhari untuk 5 orang bisa 50 Kg. Kalau 10 orang bisa sampai 1 ton dalam 1 bulan,” jelasnya.
Salah seorang pembuat gula, Hodding mejelaskan cara pembuatan, bahwa pertama bahan dasar berupa ballo (air pohon nira/lontar) dimasak, selanjurnya dididihkan dan diaduk menjadi air gula sampai merah dan membeku. Setelah membeku selanjutnya dihaluskan, diayak menjadi gula semut dan dijemur selama satu jam.
Pendamping Kehutanan LC – Perhutanan Sosial dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Ismail Ishak yang juga turut hadir menyampaikan, sebagai pendamping kehutanan mencoba untuk bantu masyarakat termasuk dalam produk UMKM berbahan alami dan pengembangannya.
Ia menjelaskan, untuk brand atau merek sendiri dengan nama GulaNa Professor, dipakai memilili unsur kearifan lokal, bahwa nama “gulana” berasal dari bahasaitu Luwu. Sedangkan penggunaan kata “professor” merujuk kepada Nurdin Abdullah yang dianggap sebagai pimpinan daerah yang peduli pada UMKM.
Imbuhnya, bahwa gubernur menyarankan agar terdapat barcode pada kemasan produk.
“Tadi Gubernur sampaikan terkait (bantuan) peralatan produksi gula ini. Kedua masalah pemasaran termasuk peluang untuk diekspor. Baik itu tingkat lokal dan nasional. Karena dari kualitas kemasan dan gula sudah pas,” ujarnya.
Ismail, menginginkan agar Pemprov juga membantu agar produk ini memiliki izin edar BPOM.
Sebagai pendamping ia berharap produk UMKM ini disupport oleh Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Luwu. Sebab yang tidak kalah pentingnya, dengan adanya usaha seperti ini bisa membuat masyarakat melakukan rehabilitasi kerusakan hutan.
“Jujur di Kaladi ini, itu hutannya, seperti yang disampaikan oleh Pak Gubernur, hutan sudah banyak yang hilang. Dengan adanya usaha ini mereka akan melakukan budidaya aren dan melakukan penanaman agar hutan tetap lestari,” pungkasnya.(*)
Tinggalkan Balasan