Tekape.co

Jendela Informasi Kita

Akhiri Dualisme Datu Luwu, Tokoh dan Pemangku Adat Sepakat Bentuk Tim 5

PALOPO, TEKAPE.co – Demi memperbaiki tatanan adat di Tana Luwu, para tokoh adat dan pemangku adat Kedatuan Luwu menyepakati untuk mengakhiri dualisme Datu Luwu yang telah lama terjadi.

Hal itu disepakati dalam silaturrahmi pemerhati adat budaya dan para pemangku adat Kedatuan Luwu, Minggu sore, 30 Agustus 2020, di kediaman pemerhati adat Tana Luwu, Andi Baso Ilyas Opu Lanre, Jl Jenderal Sudirman, Kota Palopo.

Dalam pertemuan itu, disepakati membentuk poros tengah, dengan membentuk tim 5, yang bertugas membentuk dewan adat 12 sementara.

Tim 5 itu terdiri dari Pancai Pao, Macoa Bawalipu, dan anak tellue, yakni Makole Baebunta, Maddika Bua, dan Maddika Ponrang.

Poros tengah ini komitmen untuk tidak memihak kepada salah satu kubu. Tidak bicara kubu Datu Andi Maradang Mackulau atau kubu Datu Bau Iwan Andi Alamsyah.

Hadir dalam pertemuan itu para Pemangku Adat dari dua kubu. Mereka sepakat untuk mengakhiri dualisme Kedatuan Luwu.

Diantara yang hadir Pemegang Mandat Adat Pancai Pao Abidin Arief To Parukka SH, dan Pua Oragi Datu Kemacoaan Bawalipu Wotu Ontonna Luwu Sumardi Noppo To Mecce Pua Amula, yang mewakili Macoa Bawalipu, dan tokoh adat Eng. Andi Asrul Nyili Opu To sau.

Kemudian ada wija Datu Kamanre H Andi Baso Opu Bau SH, Tokoh Adat Luwu dari Bastem AKBP (Purn) Drs Pandu Tandirerung, Tomatua Rante Balla Herman Mangentang, dan para tokoh dan pemangku adat lainnya.

“Pertemuan ini kita sepakati untuk membentuk poros tengah, dengan membentuk tim 5,” ujar pemerhati adat Tana Luwu, Andi Baso Ilyas Opu Lanre, saat memandu acara.

Sementara itu, Pemegang Mandat Adat Pancai Pao Abidin Arief To Parukka SH, dalam pertemuan itu, menekankan tidak boleh ada tindakan kudeta.

Sebab menurutnya, adat Kedatuan Luwu, tidak pernah dikenal yang namanya kudeta.

Abidin juga menekankan, situasi ini, harus dihadapi dengan bijak dan kepala dingin

“Sebab kita semua wija to Luwu adalah turunan yang memperbaiki orang. Dua Datu tidak boleh dipermalukan,” tegasnya.

Abidin menjelaskan, tujuan adat Pancai Pao hadir tidak ada lain selain perbaikan tatanan adat, jika itu selesai, maka adat Pancai Pao kembali diam seperti semula.

Sedangkan, Pua Oragi Datu Kemacoaan Bawalipu Wotu Ontonna Luwu Sumardi Noppo To Mecce Pua Amula, yang mewakili Macoa Bawalipu, menjelaskan, upaya menyelesaikan masalah dualisme ini harus merujuk kepada sejarah.

Sesuai sejarah, penyelesaian dualisme di Kedatuan Luwu dipelopori Pancai Pao bersama Macoa Bawalipu, yang meminta anak tellue untuk turun tangan meluruskan tatanan adat.

“Tim 5 yang dibentuk ini sudah sesuai tatanan adat. Pancai Pao, Macoa Bawalipu, dan anak tellue. Sesuai tatanan adat, saat dua putra mahkota yang berebut takhta, seperti pada peristiwa Ratona, tim 5 diusulkan Pancai Pao, yang akan bertemu dua Datu Luwu, untuk mencapai perbaikan adat Tana Luwu,” jelasnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini