Tekape.co

Jendela Informasi Kita

Zulhas Klaim Harga Pangan Stabil, Minyak Goreng Curah Masih Melampaui HET

Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan. (ist)

JAKARTA, TEKAPE.co – Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan menyatakan, harga sejumlah bahan pangan menjelang akhir tahun relatif terkendali.

Berdasarkan hasil peninjauannya di Pasar Bandar Lampung, Sabtu (27/12/2025), stok kebutuhan pokok dinilai mencukupi dan harga cenderung stabil.

Zulkifli, yang akrab disapa Zulhas, menyebut harga cabai berada di kisaran Rp 50 ribu per kilogram, ayam ras sekitar Rp 40 ribu per kilogram, dan beras berkisar Rp 13 ribu per kilogram.

“Stok aman, harga masih relatif stabil,” kata Zulhas, Minggu (28/12/2025).

Data Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Minggu (28/12/2025), pukul 09.30 WIB, memperkuat klaim tersebut.

Panel harga pangan nasional menunjukkan sebagian besar komoditas utama di tingkat konsumen masih berada dalam rentang stabil.

Komoditas itu mencakup beras premium dan medium, cabai merah keriting, cabai rawit merah, bawang merah, daging sapi murni, daging ayam ras, serta gula konsumsi.

Namun, situasi berbeda terjadi pada minyak goreng curah. Harga komoditas ini masih bergerak di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 15.700 per liter.

Secara nasional, rerata harga minyak goreng curah tercatat Rp 17.407 per liter, atau sekitar 10,87 persen lebih tinggi dari HET.

Di tingkat daerah, hanya sedikit provinsi yang mencatat harga di bawah HET.

Maluku menjadi wilayah dengan harga terendah, yakni Rp 13 ribu per liter atau sekitar 17,2 persen di bawah ketentuan.

Jambi mencatat harga Rp 15.500 per liter, lebih rendah 1,27 persen dari HET, sementara Sumatera Selatan berada di Rp 15.736 per liter, mendekati batas atas dengan selisih 0,23 persen.

Sejumlah provinsi mulai mencatat harga di atas HET. Sumatera Barat dan Aceh masing-masing mencatat Rp 15.847 dan Rp 16 ribu per liter.

Di Kalimantan Tengah, harga mencapai Rp 16.250 per liter, disusul Banten Rp 16.667 dan Kalimantan Selatan Rp 17 ribu per liter.

Tekanan harga lebih terasa di kawasan Sulawesi dan Jawa.

Sulawesi Selatan mencatat Rp 17.093 per liter, Jawa Tengah Rp 17.448, Papua Selatan Rp 17.500 dan Daerah Istimewa Yogyakarta Rp 17.550 per liter.

Seluruhnya sudah melampaui HET lebih dari 8 persen.

Harga lebih tinggi kembali tercatat di Kalimantan Timur sebesar Rp 17.750 per liter, Jawa Barat Rp 17.759, Sulawesi Tengah Rp 17.857 dan Nusa Tenggara Barat Rp 17.889 per liter.

Pada kelompok wilayah ini, selisih harga terhadap HET telah menembus kisaran 13 hingga 14 persen.

Wilayah dengan konsumsi besar dan tantangan distribusi mencatat harga paling tinggi.

Papua Barat dan Kalimantan Barat sama-sama berada di Rp 18 ribu per liter. Jawa Timur tercatat Rp 18.177, Lampung Rp 18.500, Bali Rp 18.833 dan Sumatera Utara Rp 18.864 per liter.

Harga terus meningkat di Sulawesi Barat Rp 18.900 dan DKI Jakarta Rp 19 ribu per liter.

Puncak harga nasional terjadi di Riau dengan Rp 19.375 per liter, Sulawesi Tenggara Rp 19.750, Papua Rp 20 ribu dan Sulawesi Utara menjadi yang tertinggi dengan Rp 20.530 per liter, atau sekitar 30,76 persen di atas HET.

Sementara itu, harga beras premium di tingkat konsumen masih menunjukkan ketimpangan antarwilayah.

Secara nasional, rerata harga beras premium berada di Rp 15.311 per kilogram, atau sekitar 3,09 persen di atas kisaran HET nasional yang ditetapkan antara Rp 14.900 hingga Rp 15.800 per kilogram.

Di Zona I, rerata harga beras premium tercatat Rp 14.767 per kilogram. Angka ini berada di bawah HET Zona I sebesar Rp 14.900 per kilogram, dengan selisih negatif sekitar 0,89 persen, sehingga relatif terkendali.

Berbeda dengan Zona II, harga beras premium mencapai Rp 15.928 per kilogram. Nilai tersebut melampaui HET Zona II sebesar Rp 15.400 per kilogram, dengan selisih sekitar 3,43 persen.

Tekanan harga paling tinggi terjadi di Zona III, dengan rerata harga mencapai Rp 17.963 per kilogram, atau sekitar 13,69 persen di atas HET Zona III sebesar Rp 15.800 per kilogram.

Adapun harga beras medium masih berada dalam kondisi lebih stabil.

Secara nasional, rerata harga beras medium tercatat Rp 13.316 per kilogram, berada dalam rentang HET nasional Rp 13.500 hingga Rp 15.500 per kilogram, bahkan lebih rendah sekitar 14,09 persen dari batas atas HET.

Di Zona I, harga beras medium berada di Rp 13.003 per kilogram, atau sekitar 3,68 persen di bawah HET Zona I.

Zona II mencatat harga Rp 13.507 per kilogram, lebih rendah sekitar 3,52 persen dari HET Zona II.

Sementara di Zona III, harga beras medium berada di Rp 15.416 per kilogram, masih di bawah HET Zona III sebesar Rp 15.500 per kilogram dengan selisih tipis sekitar 0,54 persen.

Bapanas menilai kondisi tersebut menunjukkan pasokan beras medium relatif terjaga, meski tekanan harga masih terlihat pada beras premium dan minyak goreng curah di sejumlah wilayah.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini