Peluncuran Kain Tenun IKZARA Warnai Malam Puncak HUT ke-26 Morowali
MOROWALI, TEKAPE.co – Perayaan malam Hari Ulang Tahun ke-26 Kabupaten Morowali menghadirkan nuansa berbeda, Jumat (5/12/2025).
Di tengah sorotan cahaya panggung dan antusiasme warga, publik diperkenalkan pada dua motif kain tenun baru, IKZARA KONA’ENGKE dan IKZARA KULURI.
Keduanya merupakan hasil proses panjang yang memadukan riset arkeologi, penggalian nilai budaya, serta perjalanan kreatif yang intens.
Gagasan menghadirkan identitas budaya melalui kain tenun berawal dari harapan ibu-ibu PKK Morowali.
Keinginan itu kemudian difasilitasi oleh Ketua TP PKK Morowali, Darmayanti Iksan, yang membuka ruang kolaborasi dengan para peneliti Gua Topogaro, situs prasejarah penting yang menyimpan jejak panjang kehidupan manusia di wilayah ini.
Peluncuran IKZARA diawali dengan pemaparan ilmiah para arkeolog Indonesia dan Jepang mengenai temuan gerabah bergaris gelombang di Gua Topogaro.
Motif gelombang yang saling terhubung pada gerabah tersebut kemudian menjadi inspirasi utama desain IKZARA.
Bentuknya menggambarkan kesinambungan, kedekatan antarmanusia, dan perjalanan hidup yang tak terputus.
Dari riset tersebut, lahirlah inisiatif untuk membawa warisan masa lalu ke bentuk yang lebih dekat dengan masyarakat masa kini, tenun.
Proses kreatifnya dikerjakan oleh tim pencetus yang terdiri dari Darmayanti Iksan, Nursia, Asmunandar dan Ahmad Azhar.
Pendirian Rumah Tenun di Desa Unsoni turut menjadi langkah strategis untuk memastikan karya ini dapat terus dikembangkan secara mandiri.
Nama IKZARA sendiri merangkum cerita personal.
Nama tersebut merupakan gabungan dari tiga nama, Iksan, Azizah dan Dara, representasi kedekatan keluarga sekaligus simbol kebanggaan terhadap daerah.
Kedua motifnya menyimpan makna yang tak kalah kuat.
KONA’ENGKE, yang dalam bahasa Bungku berarti gagah dan indah, mencerminkan karakter masyarakat Morowali yang terbuka dan bersahabat.
KULURI, merujuk pada burung Nuri yang dulu banyak ditemui di pekarangan warga.
Kini, ketika spesies itu semakin jarang terlihat, penamaan motif ini menjadi bentuk penghormatan dan kerinduan.
Proses penamaan turut melibatkan putra-putri daerah, Abd. Muttaqin Sonaru, Suriani dan Fahra Putri (Lala), memperlihatkan kolaborasi lintas generasi dalam upaya memperkuat identitas budaya Morowali.
IKZARA kini telah mengantongi sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari Kementerian Hukum dan HAM, mengukuhkan orisinalitas dan nilai budaya yang dikandungnya.
Namun, di balik proses panjang tersebut, terdapat makna personal yang tak kalah mendalam.
Pada puncak perayaan HUT Morowali, Darmayanti Iksan mempersembahkan kain tenun IKZARA kepada suaminya, Bupati Morowali Iksan Bahrudin Abdul Rauf.
Motif gelombang yang saling bertaut dipilih sebagai simbol perjalanan hidup mereka, keteguhan, kebersamaan dan kasih sayang yang menguat seiring waktu.
Kain tenun itu menjadi doa tersirat agar pemimpin daerah ini terus diberi kekuatan dalam memajukan Morowali.
Peluncuran IKZARA KONA’ENGKE dan IKZARA KULURI pun menandai babak baru seni dan budaya Morowali.
IKZARA hadir bukan sekadar sebagai produk tekstil, melainkan sebagai representasi identitas daerah, penghubung antara masa lalu dan masa depan, tradisi dan inovasi, serta warisan leluhur dan semangat kemajuan.
Di tengah semarak malam perayaan, IKZARA tampil sebagai simbol perjalanan panjang Morowali, gagah seperti KONA’ENGKE, lembut seperti gelombang Topogaro dan sarat makna layaknya kisah cinta yang menginspirasi kelahirannya.
Dengan dasar riset ilmiah, kekuatan estetika dan filosofi yang mendalam, IKZARA siap memperkenalkan nama Morowali ke panggung nasional bahkan internasional dalam setiap helai tenunnya. (*)



Tinggalkan Balasan