Tekape.co

Jendela Informasi Kita

Deru Mesin Jahit di Malili, Ketika Seragam Gratis Menjadi Pemantik Ekonomi Baru

Para pekerja sedang sibuk menyiapkan seragam sekolah untuk program pembagian seragam gratis mulai TK, SD, hingga SMP. (ist)

Program Pemerintah Daerah selayaknya menjadi pemicu geliat ekonomi di daerah itu. Bukan malah dibawa ke luar daerah.

Di sebuah ruangan sederhana di Pasar Niaga Malili, suara mesin jahit terdengar tanpa jeda, memenuhi udara seperti irama yang tak pernah berhenti.

Di sana, belasan perempuan duduk rapih, sebagian fokus memotong kain, sebagian lainnya menyatukan potongan pola menjadi bentuk celana, rok, atau kemeja seragam sekolah.

Di meja paling ujung, tumpukan kain berwarna biru tua, putih, dan abu-abu menunggu giliran untuk dijahit.

Bertahun-tahun bangunan itu dibiarkan sunyi, terkunci, tanpa aktivitas. Kini, ruang tersebut berubah menjadi pusat denyut ekonomi baru.

“Dulu lewat sini cuma angin. Sekarang, tiap hari orang datang dan pergi kerja,” tutur Sari, salah satu penjahit yang ikut memproduksi seragam sekolah gratis untuk siswa TK, SD, hingga SMP di Kabupaten Luwu Timur.

Senyumnya mengembang, bukan karena pekerjaan ringan, tetapi karena pekerjaan ini memberi harapan.

Janji Politik yang Mengubah Banyak Hal

Program seragam sekolah gratis ini merupakan salah satu realisasi janji politik pasangan Bupati Luwu Timur, Irwan Bachri Syam, dan Wakil Bupati Puspawati Husler (Ibas–Puspa). Namun, cara realisasinya berbeda dari kebanyakan daerah.

Alih-alih memesan seragam dari pabrik besar, pemerintah memilih memberdayakan UMKM lokal, penjahit rumahan, dan kelompok perempuan dari berbagai kecamatan.

Hampir semua komponen, kecuali sepatu, dibuat oleh tangan warga Luwu Timur sendiri.

Bagi Raoda K, S.Pd, M.Si, Plt Kepala Dinas Pendidikan Luwu Timur, program ini lebih dari sekadar pembagian bantuan.

“Ini bukan soal bagi seragam. Ini tentang membuka pintu kerja, terutama bagi perempuan yang sebelumnya tidak punya akses ekonomi mandiri,” ujarnya.

Ekonomi yang Bergerak dari Rumah ke Rumah

Banyak perempuan yang terlibat bukan berasal dari latar belakang usaha formal. Beberapa sebelumnya hanya menjahit kecil-kecilan, sebagian lagi belajar dari tetangga atau keluarga. Namun kini, mereka bekerja dalam pola yang lebih terorganisir.

Ada yang bertugas memotong pola, ada yang menjahit bagian badan seragam, ada pula yang bertugas finishing aksesori seperti dasi dan topi sekolah.

Prosesnya mirip lini produksi rumahan, sederhana, tetapi efektif.

“Pendapatannya lumayan. Yang paling penting, saya bisa tetap mengurus rumah sambil bekerja,” ujar seorang ibu penjahit lainnya sambil mengelus kain putih yang sedang ia ukur.

Dampak Lebih Besar dari Sekadar Seragam

Bagi pelaku UMKM, program ini menjadi tonggak penting. Anwar, pemilik konveksi kecil di Kecamatan Angkona, melihat peluang jangka panjang.

“Ini bukan cuma pesanan satu kali. Kalau pemerintah terus melibatkan kami, UMKM konveksi di Luwu Timur bisa naik kelas,” katanya optimistis.

Sebagian penjahit bahkan mulai memikirkan branding, peningkatan kualitas, hingga membuka lowongan pekerja baru.

Pasar yang Hidup Kembali

Sekitar area pasar, dampaknya terasa nyata. Warung kopi mulai ramai, toko alat tulis menjual meteran dan benang lebih cepat dari biasanya, bengkel kecil memperbaiki mesin jahit yang sebelumnya jarang tersentuh.

Pasar Niaga Malili yang dulu gelap dan kosong kini tampak kembali bernapas.

Lebih dari Seragam, Ini Soal Martabat

Bagi siswa, seragam gratis berarti meringankan beban orang tua. Bagi pemerintah, ini bentuk pelayanan publik.

Namun bagi para penjahit, ibu rumah tangga, dan pemilik UMKM, program ini adalah kesempatan.

Kesempatan untuk bekerja. Kesempatan untuk mandiri.

Kesempatan untuk merasakan kembali bahwa roda ekonomi bisa bergerak dari bawah, dimulai dari tangan-tangan kecil yang bekerja dengan hati.

Deru mesin jahit di Malili bukan sekadar bunyi. Ia adalah tanda kehidupan, tanda bahwa kebijakan publik, ketika bersentuhan langsung dengan rakyat, dapat menjadi energi yang menggerakkan mimpi. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini