Trauma di Balik Video Pengeroyokan, Suara Ibu dan Korban di Palopo
PALOPO, TEKAPE.co – Video singkat berdurasi 12 detik yang beredar di media sosial menampilkan adegan pengeroyokan di SMP Negeri 13 Palopo.
Seorang siswa dikeroyok oleh beberapa temannya.
Sekilas tampak kekerasan itu seolah hanya sekadar “perkelahian anak-anak,” namun bagi keluarga korban, setiap pukulan adalah luka yang dalam.
Fina, ibu korban yang berusia 38 tahun, menatap layar ponselnya dengan mata berkaca-kaca.

“Sudah kami laporkan semalam ke Polres. Kami tunggu perkembangannya,” ujarnya tegas, Kamis (9/10/2025).
Fina berharap sekolah memberikan sanksi tegas kepada pelaku, bahkan jika itu berarti anak-anak itu dikeluarkan.
Di mata Fina, pengeroyokan bukan sekadar fisik.
“Yang paling sakit adalah melihat anak saya takut ke sekolah. Dia selalu menatap kosong, bertanya-tanya kenapa ini terjadi padanya,” kata Fina.
Trauma psikologis seperti ini sering kali luput dari perhatian, namun dampaknya bisa bertahan lama.
Pihak kepolisian Palopo kini tengah menindaklanjuti laporan keluarga korban.
Kasat Reskrim menegaskan, mereka akan menelusuri semua saksi dan bukti yang ada untuk memastikan proses hukum berjalan adil.
“Kami tidak main-main dengan kasus kekerasan di sekolah. Semua pihak harus bertanggung jawab,” katanya.
Sementara itu, di ruang kelas, teman-teman korban mencoba kembali ke rutinitas harian mereka, tapi bayang-bayang kekerasan tetap membekas.
Kasus ini menjadi pengingat bagi sekolah, orang tua dan masyarakat luas bahwa kekerasan antar pelajar bukan hanya sekadar “permainan anak-anak,” melainkan isu serius yang memerlukan perhatian bersama.
Di balik video viral itu, ada rasa takut, sakit hati dan harapan akan keadilan.
Bagi Fina, keadilan itu harus ditegakkan, tidak hanya untuk anaknya, tetapi juga untuk semua siswa yang berhak belajar tanpa rasa takut.(*)
Tinggalkan Balasan