oleh

Banyak Warga Morut Terbantu Atas Kehadiran Rumah Singgah di Makassar, Keluarga Pasien Rujukan Sampaikan Terima Kasih

MAKASAR, TEKAPE.co – Pasien rujukan asal Kabupaten Morowali Utara (Morut) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), yang berobat lanjut di Kota Makassar banyak merasakan manfaat kehadiran rumah singgah Pemkab Morut.

Mereka pun yang menginap di rumah singgah yang disiapkan Bupati Morut, Dr dr Delis Julkarson Hehi MARS dan istri, sangat bersyukur dan berterima kasih.

Keberadaan rumah singgah itu sangat membantu, terutama bagi pasien yang tak punya keluarga atau kenalan di Makassar. Hingga kini, banyak warga asal Morut yang tertolong dengan adanya rumah tersebut.

“Kami semua sangat terbantu. Saya sendiri dirujuk sejak pertengahan tahun 2022. Di mana mau ambil uang kalau harus sewa penginapan selama satu tahun,” ujar ibu Agustina Pongpageseng, pasien asal Beteleme.

Saat dikunjungi pekan lalu, para pasien dan pengantarnya, lengkap ada di rumah singgah. Saat itu sore hari. Mereka sudah pada pulang dari rumah sakit. Ada yang nonton televisi, ada yang sedang makan, ada pula yang sedang berbaring.

Rumah singgah itu terletak di kompleks Perumahan Bumi Tamalanrea Permai (BTP), Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar. Lokasinya tidak jauh dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Rumah permanen itu terdiri dari dua tingkat. Ada enam kamar tidur, masing-masing tiga kamar di lantai dasar dan tiga kamar di lantai dua.

Saat ini ada enam pasien rujukan dari RSUD Kolonodale yang menginap di rumah singgah ini. Semuanya dari Morut. Ada yang dirujuk ke RSUP Wahidin, ada pula di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin (Unhas) yang letaknya berdampingan dengan RSUP Wahidin.

Keenam pasien itu masing-masing:

  1. Agustina (47) menderita kanker payudara. Ia datang dari Beteleme diantar keluarganya. Setiap tiga minggu ibu ini dikemo.
  2. Pasien lainnya ibu Elmirtin Rinuga atau biasa juga dipanggil ibu Polilo (68), asal Wawopada, dirujuk ke Makassar karena gangguan usus.
  3. Santi Baoli (43), asal Kaliwangi Kolonodale, berobat lanjut di RS Unhas dengan diagnosa kanker serviks.
  4. Yelviani Tempali, warga Desa Sampalowo, Kecamatan Petasia Barat, sedang menjalani operasi patah kaki akibat kecelakaan lalu lintas.
  5. Aprianza Supari (20), asal Wawopada, kecelakaan lalu lintas.
  6. Roberth Fredy Tamaranti (20), asal Bahontula, operasi plastik di bagian wajah.

Para pasien penghuni rumah singgah ini rata-rata memiliki penyakit yang tergolong berat sehingga harus dirawat dan tinggal di Makassar dalam waktu cukup lama.

Karena itulah, para pasien dan keluarganya sangat bersyukur dengan adanya rumah singgah yang disiapkan Bupati Delis dan istrinya.

“Tolong sampaikan terima kasih kepada pak Bupati dan ibu Febriyanthi Hongkiriwang. Rumah singgah ini sangat membantu kami yang datang berobat di Makassar,” tutur Agustina.

Pernyataan yang sama disampaikan ibu Rinuga, pasien dari Wawopada. Ibu ini mengisahkan, sebenarnya ia sudah lama mendapat surat rujukan dari RSUD Kolonodale. Namun ia tidak bisa langsung berangkat karena tidak tahu harus nginap dimana.

Dalam penantian itu, keluarga ibu Rinuga mendapat info bahwa ada rumah singgah yang disiapkan Bupati Morut. Pihak keluarganya lalu mencari informasi yang pasti soal rumah singgah itu.

“Berobat saja sudah berat. Bagaimana kalau harus bayar tempat kos berbulan-bulan. Syukurlah atas kemurahan hati pak bupati dan ibu, beban kami soal tempat menginap bisa tertanggulangi,” jelasnya.

Kesaksian lainnya disampaikan Santi Baoli, penderita kanker yang kini sudah botak. Sambil menahan tangis, ia menceritakan bagaimana proses sehingga ia sampai di rumah singgah ini.

Menurutnya, ia dirujuk berobat lanjut di Makassar dengan memanfaatkan BPJS. Jadi untuk biaya pengobatan sudah tertanggulangi.

Dengan kemampuan yang pas-pasan, kata Santi, adanya rumah singgah ini sangat meringankan beban pasien dan keluarganya.

Oleh karena itu, ia sangat berterima kasih kepada Bupati dan ibu yang telah berbaik hati menyiapkan tempat ini.

“Alhamdulillah kami sangat tertolong. Semuanya gratis. Suasananya juga bagus sekali. Tidak membedakan agama,” tambahnya.

Pasien lainnya memberi kesaksian serupa. Mereka sangat senang berada di rumah singgah. Meski berasal dari kampung berbeda di Morut, mereka merasa sudah seperti saudara kandung. Semuanya saling mendukung.

Rumah singgah ini dilengkapi televisi dan kulkas. Biaya listrik dan air semuanya di tanggung ibu bupati. Pasien tinggal masuk saja.

“Saya yang ditugaskan membayar listrik dan air. Ibu (istri bupati) selalu pesan agar selalu kontrol keadaan rumah singgah,” jelas Titi Silvia Ningsi Ulao.

Titi adalah mahasiswa tingkat akhir salah satu perguruan tinggi di Makassar yang dibiayai dan tinggal di rumah Bupati. Titi berasal dari Mora, Kecamatan Lembo.

Rumah singgah ini tidak pernah kosong. Pasien yang berobat lanjut bergantian datang. Jumlahnya sudah sangat banyak. Rata-rata mereka berobat dalam jangka waktu yang lama.

Ibu Febriyanthi menceritakan, ide awal menyiapkan rumah singgah ini dilandasi rasa kemanusiaan. Kala itu suaminya (Dokter Delis) bertugas sebagai dokter Puskesmas di Tomata, Kecamatan Mori Atas.

“Waktu itu tahun 2008. Ada pasien yang harus dirujuk ke Makassar. Yang jadi persoalan pasien dan keluarganya yang mengantar harus tinggal dimana? Ini yang sering jadi pergumulan,” ujarnya.

Sejak saat itu, rumah yang mereka kontrak di Griya Prima Tonasa Makassar dijadikan rumah singgah. Bahkan kunci rumah itu sempat disimpan di Puskesmas Tomata.

“Maksudnya, kalau ada orang sakit yang mau berobat lanjut ke Makassar, silakan ambil kunci rumah itu,” jelas ibu Feby.

Selanjutnya tahun 2010 setelah memiliki rumah sendiri di perumahan Bukit Katulistiwa Makassar, rumah tersebut kembali dijadikan rumah singgah khususnya di lantai atas.

Atas dasar kemanusiaan dan untuk membantu meringankan beban para pasien, Dokter Delis dan istrinya kemudian mencari rumah yang bisa dijadikan rumah singgah secara permanen.

Saat ini rumah singgah yang terletak di perumahan BTP sudah dua kali pindah di kompleks yang sama. Rumah singgah saat ini jauh lebih luas. Semuanya dibiayai secara pribadi.

“Jadi bukan baru sekarang. Rumah singgah ini kami sudah rintis sejak tahun 2008 lalu. Sangat banyak manfaatnya untuk membantu saudara-saudara kita yang susah,” jelas Feby, yang lulusan sarjana farmasi Unhas ini.

Sementara itu, Bupati Delis mengemukakan berdasarkan pengalamannya selama menjadi dokter di Morut, salah satu kesulitan kalau mau merujuk pasien ke rumah sakit besar adalah tempat menginap pasien dan keluarganya.

“Rumah singgah ini sangat membantu orang susah atau hidup pas-pasan. Kalau orang berduit pasti dia akan tinggal di hotel atau penginapan,” jelasnya.

Oleh karena itu pula, pasangan Delis-Djira memasukan penyediaan rumah singgah bagi pasien rujukan sebagai salah satu program strategis pada masa kampanye Pilkada Morut lalu.

Saat ini, selain di Makassar rumah singgah bagi pasien juga ada di Luwuk dan kota Palu. Tiga kota ini selalu menjadi tujuan warga Morut yang akan berobat lanjut. (rls/NAL)



RajaBackLink.com

Komentar