oleh

2020, Tambang Emas PTAR Bagikan Dividen US$4,1 Juta ke Pemda

TAPSEL, TEKAPE.co – Sejak beroperasinya, tambang emas Martabe, PT Agincourt Resources (PTAR) telah banyak memberikan kontribusi kepada negara dan masyarakat lokal.

Diantara kontribusi langsung ke negara adalah melalui pajak dan royalti, kerjasama bisnis dengan BUMN, tenaga kerja, pemberdayaan sumber daya lokal, dan pembagian dividen ke Pemerintah Daerah (Pemda).

Untuk pembagian dividen ke Pemda, tahun 2020 ini, perusahaan tambang grup Astra Internasional itu membagikan sebesar US$4.144.609 atau sekitar Rp59 miliar (kurs Rp14 ribu/US$).

Dividen itu diberikan kepada PT Artha Nugraha Agung (PT ANA), sebuah badan usaha milik Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) dan Pemprov Sumatera Utara, dengan kepemilikan saham masing-masing 70% Pemkab Tapsel dan 30% Pemprov Sumatera Utara (Sumut).

Dididen ke Pemda tahun 2020 lalu, sedikit meningkat dibanding tahun 2019, yang hanya US$4.123.100. Kemudian tahun 2018 sebesar US$3.733.219. Sementara tahun 2017 termasuk terbesar dari 5 tahun terakhir, yakni sebesar US$7.709.178, dan tahun 2016 sebesar US$200.000.

Hal itu disampaikan General Manager Operations PT Agincourt Resources, Rahmat Lubis, saat menjadi pembicara dalam Peluncuran dan Bedah Buku berjudul Tamasya (Tambang Menyejahterakan Masyarakat), yang diselenggarakan secara daring, Kamis 23 September 2021.

Buku itu disusun Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, bersama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara.

“Sejak beroperasi, kami telah banyak memberi kontribusi kepada negara, utamanya masyarakat lokal,” ujar Rahmat.

Sepanjang tahun 2020, kata dia, PTAR juga membayar ke supplier lokal sebesar US$4 juta dan mempekerjakan karyawan lokal 2.190 orang, dari total karyawan sekitar 3 ribu.

Tahun 2020 lalu, terjadi penurunan jumlah karyawan lokal dari tahun 2019 yang mencapai 2.443 orang. (lihat gambar)

“Juga ada kontribusi pajak dan royalti sebesar US$96.395.000 yang dibayar kepada negara. Kemudian kerjasama bisnis dengan BUMN, seperti carter pesawat Garuda dan BUMN lain, kami telah bayar sebesar US$23.184.000 untuk tahun 2020,” jelas Rahmat.

Rahmat juga memperkenalkan PTAR. Ia menjelaskan, lokasi tambang emas martabe yang dikelola PTAR ini berlokasi di Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), SUmatera Utara.

Kontrak karya (KK) generasi VI sejak 17 Maret 1997, dan izin operasi produksinya sejak 21 Maret 2013, berlaku 30 tahun dan bisa diperpanjang.

Luas wilayah KK adalah 130,300 Ha, mencakup Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Mandailing Natal.

“Sumberdaya emas 7,6 juta ounces dan perak sebanyak 66 juta ounces (per 30 Juni 2020). Saat ini masih aktif melakukan eksplorasi, pengujian, dan pengeboran di beberapa wilayah KK,” jelasnya.

Sejak November 2018, PTAR diakuisisi PT Danusa Tambang Nusantara, subsidiary PT United Tractors Tbk, dan PAMA Persada Nusantara, yang merupakan member of Astra.

Peluncuran dan Bedah Buku “TAMASYA: Tambang Menyejahterakan Masyarakat” itu menghadirkan narasumber Dr Ir Arif Budimanta (Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi), Thendri Supriatno (Ketua Umum Corporate Forum for CSR Development), Djoko Widajatno (Plh Executiv Director Indonesian Mining Association), dan Ir. Rachman Wiriosudarmo (Tokoh Senior Pertambangan & Analis Kebijakan Mineral).

Juga ada dua orang dari pelaku usaha pertambangan, yakni Rahmat Lubis, General Manager Operations PT Agincourt Resources, dan Dindin Makinudin, Senior Manager CSR dan External Relations PT BIB. (*)

Komentar